Saat ini, orang di mana-mana mengenakan jeans denim dan celana panjang yang menggabungkan prinsip desain dan produksi celana kuno Yanghai.
Singkatnya, Turfan Man adalah trendsetter utama.
Celana Mewah
Meskipun sangat modis, penunggang kuda kuno Yanghai membuat para peneliti bertanya-tanya bagaimana celananya yang luar biasa dibuat. Tidak ada bekas pemotongan yang muncul pada kain, sehingga tim Wagner menduga bahwa pakaian tersebut ditenun agar pas dengan pemakainya.
Pemeriksaan secara dekat pada celana Turfan Man mengungkapkan kombinasi dari tiga teknik menenun, para ilmuwan melaporkan dalam studi baru. Versi penemuan yang dibuat ulang—dibuat oleh penenun ahli dari benang domba berbulu kasar yang mirip dengan wol yang digunakan oleh penenun kuno Yanghai—membenarkan pengamatan itu.
Sebagian besar garmen terdiri dari tenunan kepar, sebuah inovasi besar dalam sejarah tekstil.
Twill mengubah karakter tenunan wol dari tegas menjadi elastis, memberikan cukup "kebabesan" untuk membiarkan seseorang bergerak dalam celana ketat. Kain dibuat dengan menggunakan batang pada alat tenun untuk menenun pola garis diagonal yang sejajar. Benang-benang lusi yang memanjang ditahan di tempatnya sehingga sederet benang pakan dapat dilewati dan di bawahnya secara berkala. Titik awal pola tenun ini bergeser sedikit ke kanan atau ke kiri untuk setiap baris berikutnya sehingga membentuk garis diagonal.
Variasi dalam jumlah dan warna benang pakan pada tenunan kepar pada celana Turfan Man digunakan untuk membuat pasangan garis-garis coklat di bagian selangkangan putih, para peneliti menemukan.
Arkeolog tekstil Karina Grömer dari Natural History Museum Vienna mengatakan dia mengenali tenunan kepar di celana Turfan Man ketika dia memeriksanya sekitar lima tahun lalu. Grömer sebelumnya telah melaporkan bahwa potongan-potongan kain tenun yang ditemukan di tambang garam Hallstatt Austria, di mana tekstil halus seperti itu terpelihara dengan baik, menampilkan tenunan kepar tertua yang diketahui. Penanggalan radiokarbon menempatkan tekstil Hallstatt berusia antara sekitar 3.500 dan 3.200 tahun—kira-kira 200 tahun sebelum Turfan man memakai celananya tersebut.
Orang-orang di Eropa dan Asia Tengah mungkin secara independen menemukan tenun kepar, kata Grömer, yang tidak berpartisipasi dalam studi baru tersebut. Namun di situs Yanghai, para penenun menggabungkan kepar dengan teknik tenun lain dan desain inovatif untuk menciptakan celana berkuda berkualitas tinggi.
Baca Juga: Mengapa Denim Kebanyakan Berwarna Biru? Berikut Asal Usulnya
Baca Juga: Bagaimana Sejarah Superhero Memakai 'Celana Dalam' di Sisi Luar?
Source | : | Science News |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR