Selama waktu mereka di Salib Suci Thebes, 300 pria terlibat erat dalam hubungan sesama jenis yang berdedikasi, di mana seorang pria yang lebih tua akan dipasangkan dengan pria yang lebih muda dan kurang berpengalaman.
Baca Juga: Menelisik Lesbos, Pulau Kecil Yunani Asal Mula Kata 'Lesbian'
Baca Juga: Empusa, Iblis Wanita Penghisap Darah Manusia dalam Mitologi Yunani
Baca Juga: Diogenes dari Yunani Kuno: Tengil hingga Masturbasi di Ruang Publik
Meskipun diperdebatkan keabsahannya oleh para sejarawan, gagasan tentang kekuatan tempur yang dibangun dengan hubungan kasih sesama pasukan, bisa jadi diilhami oleh tulisan-tulisan awal filsuf Yunani Plato dalam Simposiumnya.
Dalam teks ini, Plato berpendapat bahwa sebuah divisi yang seluruhnya terdiri atas kekasih laki-laki dapat menaklukkan dunia:
"Mereka (orang-orang Thebes) merancang bahwa negara atau tentara harus saling memiliki cinta, dan masing-masing adalah sepasang kekasih, maka mereka bertarung bersama. Meskipun hanya segelintir (pasukan), mereka tetap akan mengalahkan dunia!"
Gay bukanlah kata yang dapat digunakan untuk orang kuno sama sekali karena mereka tidak memikirkan dunia dalam dikotomi ini (gay, bukan gay, dll). Pada dasarnya, seksualitas Yunani kuno berada pada sebuah kontinum yang menerima akan hubungan sejenis.
Source | : | History,Heritage Daily |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR