Nationalgeographic.co.id - Peristiwa serangan militer Rusia ke Ukraina Kamis (24/02/2022) kemarin, membuat mereka berhasil menguasai reaktor nuklir Chernobyl. Peristiwa ini disertai baku tembak di sekitar lokasi tersebut dan menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak tentang risiko pelepasan bahan radioaktif dari pembangkit.
"Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang sama sekali tidak berguna oleh Rusia," kata Mykhailo Podolyak, seorang penasihat kantor kepresidenan Ukraina, dikutip dari Reuters. "Ini adalah salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini," kata Podolyak.
Namun, fisikawan mengatakan emisi radioaktif akibat dari kerusakan yang tidak disengaja dari baku tembak hanya sedikit.
Menyadur New Scientist, seorang peneliti memantau emisi neutron dari reaktor untuk mengukur kemanan mengatakan bahwa staf di sana aman. "Pintu masuk [Chernobyl] dipegang oleh Rusia. Mereka tidak masuk ke dalam," ujar peneliti yang tidak disebutkan namanya.
Pihak keamanan Rusia menulis, pengambilalihan reaktor nuklir Chernobyl adalah sinyal Rusia kepada NATO untuk tidak ikut campur secara militer. Sebelumnya, beberapa militer sudah berkumpul di "zona ekslusi" Chernobyl sebelum menyeberang ke Ukraina pada Kamis paginya.
Baca Juga: Punya Masalah Sejak Lama, Kenapa Rusia Bergerak ke Ukraina Sekarang?
Baca Juga: Bagaimana Perang Elektronik Memengaruhi Krisis Perang Rusia-Ukraina?
Dua hari sebelumnya, sebelum invasi, seorang ilmuwan Chernobyl yang bekerja pada rencana pengurungan Chernobyl mengatakan pekerjaan pemantauan akan berlanjut di sana. Mereka hendak memastikan semua sistem keselamatan di sekitar sana berkeja dengan baik, tetapi sebagian pemorsesan data ilmiah ditangguhkan.
Para ilmuwan ini memantau bangunan yang sudah beroperasi dengan jumlah kru yang sedikit karena pandemi COVID-19. "Kita punya waktu," kata ilmuwan yang tidak disebutkan namanya di New Scientist. "Menurut perkiraan saya, kenaikan neutron, kalau itu ada, baru bisa dirasakan pada bulan April. Baru setelah itu kami dapat menilai tren (grafik kenaikan) yang sebenarnya—apakah itu mendatar atau terus tumbuh."
Peneliti Mekanik Teknik Nuklir dari University of Liverpool, Bruno Merk mengatakan bahwa risiko bahan nuklir terlepas dari reaktor akibat konflik saat ini berada di tahapan yang rendah. "Saya pikir selama tidak ada serangan yang disengaja, risikonya relatif rendah," ujarnya. "Jika itu tindakan yang disengaja, Anda mungkin bisa menghadapinya."
Merk yakin, gangguan yang hanya sebentar pada proses pemantauan seperti tren neutron tidak mungkin menimbulkan masalah.
"Ini masalah yang stabil. Jadi saya pikir jika para ilmuwan tidak mengamati ini selama beberapa bulan ke depan, yang saya rasa adalah skala waktu yang masuk akal, saya tidak beranggapan bahwa ada risiko yang sangat besar," lanjutnya.
"Ya, dalam jangka panjang, penting untuk mengamati apa yang terjadi. Penting untuk memiliki peringatan dini, tetapi saya pikir sebagian dari beberapa informasi bahkan dapat diakses dari jarak jauh. Tidak akan lepas penahannya dalam jangka pendek."
Baca Juga: Ukraina Usul Lokasi Ledakan Nuklir Chernobyl Jadi Situs Warisan Dunia
Baca Juga: Kuda Langka Ini Berlindung di Bangunan Terbengkalai Bekas Bencana Chernobyl
Pada 26 April 1986, reaktor nuklir Chernobyl di Pripyat, Uni Soviet, meledak. Kini kota itu masuk di kawasan negara Ukraina setelah kemerdekaannya pada 1991, dan letaknya tak jauh dengan perbatasan Belarusia. Ledakan itu membuat kota Pripyat menjadi 'kota mati' karena risiko paparannya.
Pada 2010, Chernobyl dibuka untuk pengunjung dengan suasana gedung-gedung di sekitarnya terbengkalai, dan ditumbuhi tanaman liar. Tempat ini kemudian dengan cepat menjadi tujuan populer bagi para fotografer dan turis yang menyukai pengalaman bencana.
Pariwisata tempat ini meningkat drastis setelah kesuksesan serial HBO 2019 berjudul Chernobyl. Para pemanduk wisata melaporkan peningkatan pengunjung hingga 30 persen pada 2019 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dikutip dari Live Science.
Selain itu Pripyat yang terbengkalai dilaporkan menjadi tempat berkembangbiaknya serigala abu-abu dan kuda liar Asia, yang disebabkan limpahan sumber makanan dan wilayah yang tidak tersentuh manusia.
Pada 2021, pemerintah Ukraina berncana mengusulkan Chernobyl ke UNESCO menjadi situs warisan dunia yang harus dilindungi. Namun, seminggu sebelum invasi Rusia, zona Chernobyl ini ditutup kembali untuk turis.
Source | : | Reuters,new scientist |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR