Selama Tanam Paksa pada 1830 hingga 1850, kawasan pedalaman Jawa memasok hasil tanaman perkebunan. Hasil bumi petani Jawa tidak menjadi kebutuhan Hindia Belanda saja, melainkan perdagangan di pasar internasional. Oleh karena itu, diperlukan sarana transportasi untuk mengangkut produk pertanian dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan seperti kota Semarang.
Pembangunan rel kereta api pertama ditandai upacara tanda dimulainya pembangunan rel kereta api rute Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) yang bermula di Desa Kemijen.
Acara ini ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van de Beele pada 1864.
Baca Juga: Kabar Kereta Api Kita dari Lembaran-lembaran Kartu Pos Hindia Belanda
Akhirnya, rel kereta api pertama di Indonesia diresmikan pada 10 Agustus 1867, dengan rute Semarang ke Tanggoeng, Kabupaten Grobogan, yang memiliki jarak sekitar 25 kilometer. Seiring berjalannya waktu, pada 10 Juni 1872 rute tersebut dikembangkan hingga melewati Yogyakarta.
Lalu, rute Kedungjati baru - Bringin - Tuntang – Ambarawa telah dirampungkan pada tanggal 21 Mei 1873, termasuk pembangunan stasiun kereta api di Ambarawa.
Rel Kereta Api yang Menggunakan Gerigi dan Hanya Ada Dua di Indonesia
Pada rute kereta api Jambu menuju Gemawang yang harus melewati bukit terjal, akhirnya NIS membangun rel bergerigi dan membeli lokomotif uap seri B25 yang khusus dilengkapi dengan roda gigi.
Rel gerigi yang letaknya di tengah-tengah rel kereta api memiliki fungsi sebagai penahan agar lokomotif uap B25 dapat menanjak ke jalur tersebut tanpa mengalami kesulitan.
Sementara roda gigi pada lokomotif uap B25 berfungsi sebagai pengait rel bergerigi yang ada di bawahnya. Jika tidak menggunakan roda gigi, kereta api tidak dapat melewati jalan menanjak.
Selain sebagai pengait, roda gigi juga berfungsi sebagai penahan kecepatan kereta api.
Penulis | : | Ratu Haiu Dianee |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR