Dalam peristiwa kacau berikutnya, Maximinus Thrax dinyatakan sebagai musuh publik Romawi oleh Senat. Sebagai tanggapan, ia mengumpulkan pasukan dan mulai berbaris di Roma.
Untuk menentang kekuasaannya secara efektif, Senat membutuhkan kaisar yang berbeda, seseorang untuk menentang Maximinus. Tanpa calon yang cocok, mereka memilih dua senator, Pupienus Maximus dan Balbinus, untuk memerintah sebagai kaisar bersama.
Untuk membuat seluruh sandiwara ini semakin kacau, orang-orang secara terbuka menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap para penguasa baru. Mereka berkumpul menjadi massa dan menyapa kaisar gabungan baru mereka dengan tongkat dan batu.
Baca Juga: Septimius Severus: Bagaimana Orang Afrika Bisa Menjadi Kaisar Romawi?
Baca Juga: Lucius Verus: Kaisar Romawi yang Doyan Judi dan Hiburan Malam
Baca Juga: Kekaisaran yang Makin Besar, Inikah Penyebab Kejatuhan Romawi Kuno?
Maximinus Thrax, dalam pawai militernya di Roma, menghadapi rintangan besar dari warga kota Aquileia. Mereka menentangnya dan menolak perjalanannya.
Maximinus terpaksa mengepung kota itu pada Februari 238. Pengepungan berlangsung hingga April, tanpa hasil. Kegagalannya dirasakan oleh pasukan, persediaan menipis dan oposisi umum terhadap pemerintahannya dari seluruh kekaisaran mulai terlihat.
Hal ini menyebabkan pasukannya meragukan kaisar yang mereka tunjuk hanya tiga tahun sebelumnya itu. Para pasukan memecahkan keraguan mereka dengan membunuh kaisar Maximinus Thrax, bersama putranya Maximus.
Kondisi krisis ini kemudian membuat Kekaisaran Romawi tidak memiliki otoritas terpusat apa pun. Para perampas yang tak terhitung jumlahnya muncul dan menyatakan diri mereka sebagai kaisar.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR