Nationalgeographic.co.id—Saat jadwal kunjungan Soekarno menuju Solo dan Yogyakarta pada tahun 1952, Soekarno mampir sejenak ke Salatiga dan menerima sejumlah sambutan hangat dari pejabat di sana.
Para pejabat Salatiga telah menjamu Soekarno dengan hangat sebagaimana orang paling penting bagi Ibu Pertiwi. Ia dihidangkan santapan-santapan lezat siang itu. Sesaat beristirahat lantas menyantap, Soekarno mengecap sayur lodeh yang tak biasa.
Agaknya, rasanya sangat lezat sehingga Soekarno benar-benar ingin bertemu dengan si pembuat lodeh tersebut.
"Tiba-tiba Soekarno memanggil Sang Walikota dan bertanya, 'siapa yang memasak sayur lodeh yang enak ini?'," tulis Samingan, dosen Pendidikan Sejarah dari Universitas Flores.
Samingan menulis romansa yang unik dari pertemuan antara Soekarno dan pujaan hatinya dalam artikel yang dimuat pada website resmi Universitas Flores. Artikelnya berjudul "Cinta Sayur Lodeh: Soekarno dan Hartini", dipublikasi pada 3 Juni 2016.
Soekarno meminta kepada wali kota Salatiga untuk mempertemukannya dengan orang di balik lodeh lezat yang disantapnya barusan, berkata bahwa ia ingin sekali berterima kasih karena santap siangnya telah dihidangkan dengan baik.
"Setelah sesi santapan siang, Hartini didaulat oleh ibu-ibu untuk menghadap Soekarno dan menerima ucapan terima kasih," imbuh Samingan.
Hartini adalah orangnya, seorang janda beranak lima yang merupakan salah satu orang di balik hidangan lodeh yang telah memikat Soekarno. Keayuannya membuat sosok nomer wahid di Indonesia itu kian terpikat.
"Lodeh yang tidak digoreng, dengan sedikit minyak, membuat Soekarno berpaling dan luluh pada sosok Hartini," ungkap Ahmad Rushanfichry, seorang pengajar dan pemerhati sejarah kepada National Geographic.
Berawal dari jabat tangan, tatapan mata lantas turun ke hati, begitulah yang digambarkan Samingan dalam tulisannya. Seraya menjabat erat tangan Hartini, Soekarno bertanya tentang rumahnya, anaknya, dan kehidupan rumah tangganya.
Soekarno memahami bahwa Hartini telah resmi bercerai dengan Suwondo, mantan suaminya, saat masih berusia 28 tahun. Ia lantas menghidupi kelima orang anaknya sendirian sebagai juru masak.
Baca Juga: Ideologi Pancasila, Pemikiran Mendalam Soekarno yang Kini Mulai Pudar
Source | : | uniflor.ac.id |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR