Nationalgeographic.co.id—Satu dekade terakhir, ganja di beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah dilegalkan untuk rekreasi. Namun, beberapa tahun terakhir, sejumlah penelitian mengungkap dampak negatif penggunaan ganja yang belum diketahui sebelumnya. Studi terbaru menemukan bahwa bayi yang terpapar ganja di dalam rahim berisiko mengalami obesitas dan gula darah tinggi.
Untuk diketahui, ganja mulai dipasarkan dalam dua bentuk yaitu tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). Tetrahidrokanabinol dan Cannabidiol adalah psikotropika yang merupakan senyawa utama dari ganja. Zat ini hanya dihasilkan tanaman Cannabis.
Sebelum mulai dilegalkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, kedua senyawa tersebut telah dipelajari sebagai salah satu pengobatan baru. Kebanyakan orang yang memakai zat ini secara oral bertujuan untuk membantu mengatasi berbagai penyakit. Mulai dari gangguan kecemasan, epilepsi, hingga skizofrenia.
Namun, beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian mengungkap dampak negatif ganja yang belum diketahui sebelumnya. Dan yang terbaru para ilmuwan menemukan baik cannabidiol dan tetrahydrocannabinol menempatkan anak-anak pada risiko meskipun keduanya dipromosikan memiliki manfaat kesehatan.
Penggunaan ganja di kalangan wanita hamil sedang meningkat di Amerika Serikat dan terkait dengan hasil kesehatan yang negatif pada anak-anak. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam the Endocrine Society's Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism dengan judul "Fetal Exposure to Cannabis and Childhood Metabolic Outcomes: The Healthy Start Study".
Dikatakan, studi tahun 2016 di Colorado mengungkapkan bahwa hingga 22 persen wanita hamil memiliki tingkat cannabinoid yang terdeteksi dalam tubuh mereka. Wanita yang menggunakan ganja, baik THC dan CBD, selama kehamilan dapat menempatkan anak mereka pada risiko berat badan lahir rendah dan masalah perilaku. Paparan cannabinoid juga dapat meningkatkan risiko obesitas dan gula darah tinggi pada masa depan anak.
Bagian dari popularitas CBD adalah pemasarannya sebagai "nonpsikoaktif", dan bahwa konsumen dapat memperoleh manfaat kesehatan dari tanaman itu tanpa biaya tinggi. CBD dipromosikan dapat memberikan bantuan untuk kecemasan, depresi dan gangguan stres pasca-trauma. Itu juga dipasarkan untuk mempromosikan tidur.
Brianna Moore, Ph.D., dari Colorado School of Public Health di Aurora, Colorado mengatakan, mereka menemukan menemukan bahwa penggunaan ganja selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan persentase massa lemak dan kadar glukosa puasa pada anak-anak berusia 5 tahun.
"Kami akan mendorong wanita untuk menahan diri dari menggunakan ganja saat hamil atau menyusui untuk meminimalkan efek kesehatan yang merugikan pada keturunannya," kata Moore dalam rilis media Endocrine Society.
Para peneliti mempelajari sampel urin dari 103 wanita hamil. Dua belas cannabinoid/metabolit ganja (termasuk 9-tetrahydrocannabinol dan cannabidiol) diukur dalam urin ibu yang dikumpulkan pada usia kehamilan 27 minggu.
Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli
Baca Juga: Ekstrak Ganja pada Zaman Kuno Mampu Sembuhkan Penyakit Sihir
Baca Juga: Di Amerika, Banyak Penderita Kanker Payudara Menggunakan Ganja
Baca Juga: Bagaimana Dampak Bahaya Merokok Ganja terhadap Bayi dan Ibu Hamil?
Paparan kanabis pada janin dikotomi sebagai terpapar jika kadar cannabinoid melebihi batas deteksi. Sementara massa lemak dan massa bebas lemak diukur melalui air displacement plethysmography pada usia rata-rata 4,7 tahun. Glukosa dan insulin diperoleh setelah puasa semalam.
Hasilnya, sekitar 15 persen di antaranya memiliki kadar cannabinoid yang terdeteksi (seperti THC dan CBD) dalam urin mereka. Anak-anak berusia 5 tahun tersebut memiliki massa lemak dan kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar ganja selama kehamilan.
"Kami memberikan bukti baru yang menunjukkan hubungan antara paparan janin terhadap kanabis dengan peningkatan adipositas (kegemukan) dan glukosa puasa di masa kanak-kanak, sebuah temuan yang harus divalidasi dalam kohort lain," kata Moore.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana paparan kanabinoid yang berbeda selama kehamilan dapat berdampak pada keturunannya."
Source | : | Endocrine Society,Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR