Baca Juga: Prasasti Mpu Sindok Ditemukan di Situs Gemekan, Apakah Isinya Kutukan?
Baca Juga: Ketahanan Pangan di Masa Jawa Kuno dari Prasasti dan Manuskrip Semasa
Baca Juga: Kuasa Perempuan Sepanjang Riwayat Kerajaan-Kerajaan Jawa Kuno
Baca Juga: Siapa Sejatinya Sailendra: Penguasa Jawa atau Penguasa Sriwijaya?
Untuk melindungi dari gangguan binatang-binatang buas, Aji Saka memberikan senjatanya sendiri kepada Sembodo. Penyerahan senjata tersebut, disertai pesan untuk tidak sembarangan memberikan senjatanya kepada orang selain dirinya.
Setelah menentukan arah pedoman, Aji Saka dengan orang-orangnya menembus semak belukar untuk menuju ke daratan yang ia lihat sebelumnya. Sesampainya di lokasi yang ia tuju, Aji Saka memerintahkan untuk membuat desa yang diberinya nama Blora. Sesudah mengatur segala sesuatunya, didirikanlah Kerajaan Medang. Aji Saka menjadi rajanya dengan nama Prabu Jayabaya.
Beberapa hari sesampainya di tempat itu, Aji Saka baru teringat bahwa dirinya meninggalkan Sembodo bersama barang-barang dan senjatanya. Karena ia memerlukan senjatanya, maka diutus pengikutnya yang bernama Doro, untuk menemui Sembodo.
Setibanya di lokasi, Doro meminta Sembodo untuk menyerahkan senjata milik Aji Saka. Sembodo menolak permintaan tersebut, sebab Aji Saka telah memberikan pesan untuk tidak memberikan senjatanya kepada siapapun. Dus, terjadilah pertengkaran hebat yang membuat keduanya berujung pada kematian.
Aji Saka sangat menyesali atas perintahnya yang telah membuat dua pengikut setianya meninggal. Konon, dari kejadian ini merupakan cikal bakal dari terciptanya aksara Jawa.
Setelah bertakhta cukup lama di Blora, pada kemudian hari Aji Saka memindahkan kerajaannya ke Purwodadi (Grobogan) yang lokasinya tidak begitu jauh dari Blora.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR