Nationalgeographic.co.id—Kita sering mengira ancaman terhadap gletser Antarktika berasal dari langit, matahari yang terik-teriknya memicu pelelehan dan iklim udara yang makin memanas. Tetapi, berbagai hal yang patut Anda ketahui, ancaman itu juga muncul dari bagian bawah Kutub Selatan.
Gletser adalah lapisan es yang berada di daratan, dan bagian es yang mengambang di laut disebut rak es. Di antara keduanya, tempat di mana es terangkat, disebut garis landasan. Garis landasan inilah yang menjadi mengkhawatirkan bagi ilmuwan, karena belakangan jaraknya makin mundur lebih cepat dari yang diperkirakan ilmuwan.
Januari 2022, para peneliti menerbitkan makalah di jurnal Nature Geoscience. Mereka melihat bagaimana Gletser Thwaites di Antarktika Barat yang luasnya hampir setara Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara itu, menjadi kunci utama pelelahan, sebagaimana yang dilaporkan sebelumnya.
Tetapi, model pencairan gletser itu tidak memperhitungkan fenomena yang disebut pemompaan pasang-surut. Setiap kali air pasang naik, ia mengangkat rak es Thwaites ke atas, memungkinkan air laut yang relatif hangat mengalir ke hulu di bawah gletser. Hal itu mendorong pencairan di sepanjang bawah tanah Kutub Selatan dan membuat lapisan es lebih rentan untuk patah.
"Artinya, air hangat yang ada di dasar gletser dapat menyusup hingga beberapa kilometer ke hulu," kata Pietro Milillo, fisikawan University of Houston, AS, yang menjadi penulis utama makalah.
"Dan tiba-tiba Anda mulai sadar, 'Tunggu dulu! Model yang benar-benar memprediksi keadaan gletser di masa depan tidak menampilkan fenomena semacam ini. Mereka pada dasarnya memiliki garis landasan yang diperbaiki'."
Dalam makalah berjudul Rapid glacier retreat rates observed in West Antarctica itu, Milillo dan ilmuwan lainnya menyelidiki garis landasan gletser Antarktika lainnya, seperti Gletser Pope, Smith, dan Kohler, melalui satelit. Semuanya memiliki tanda-tanda kemunduran garis landasan akibat pemompaan pasang-surut.
"Ketika air pasang semakin tinggi, seluruh lapisan es terangkat," kata Milillo di Wired. "Jadi dengan mengukur seberapa banyak pergerakannya di bagian atas karena pasang-surut, kami dapat benar-benar melihat di mana garis landasan berada di bagian bawah gletser."
Dia mengatakan pengukurannya mengerikan. Di tahun 2017, garis landasan Pope menyusut lebih dari tiga kilometer dalam 3,5 bulan. Sementara di garis landasan Smith, dari 2016 sampai 2017, ada sekitar 2,5 kilometer penyusutan, dan ada lima kilomer penyusutan di Kohler.
Jika garis landasan itu mulai mundur, dapat menyebabkan rangkaian bencana. Semakin banyak bagian bawah gletser yang terkena air laut yang hangat, maka semakin mencair. "Begitu Anda memicu mundur halus, mereka akan terus mundur dan mundur, yang berarti bahwa mereka akan makin cepat," ujarnya.
8 Februari 2022, makalah lain dari para peneliti diterbitkan di The Cryosphere. Para peneliti memodelkan bagaimana air laut yang hangat punya kemungkinan untuk melewati garis landasan, dan menyebabkan pencairan lebih jauh lagi di Antarktika.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Wired,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR