Baca Juga: Seperti Apa Istana dan Taman Eksotis Kaisar Romawi Caligula?
Baca Juga: Fakta Vomitorium Romawi, Apakah Berfungsi sebagai Ruang untuk Muntah?
SEBAGAIMANA TEMBOK HADRIAN yang memperlihatkan perbatasan Romawi dari sisi terkuatnya, benteng yang ditelantarkan di Sungai Eufrat dengan tegas menangkap saat-saat perbatasan itu mulai runtuh. Dura-Europos adalah kota yang dibentengi di perbatasan antara Roma dan Persia, saingan beratnya. Dewasa ini, Dura berada sekitar 40 kilometer dari perbatasan Suriah-Irak, perjalanan delapan jam naik bus melalui gurun dari Damaskus.
Kota itu pertama kali muncul pada 1920, saat tentara Inggris yang berperang melawan gerilyawan Arab secara tak sengaja menemukan dinding berlukisan di sebuah kuil Romawi. Tim dari Yale University dan French Academy mengerahkan ratusan orang Badui untuk bekerja menggunakan sekop dan tusuk gigi. Mereka memindahkan puluhan ribu metrik ton pasir.
Penggalian gencar selama sepuluh tahun itu berhasil menyingkapkan kota Romawi abad ketiga. Sempalan plester masih menempel di batu bata dari lumpur dan tembok batu, dan kamar-kamar istana serta kuil—cukup tinggi sehingga orang bisa berjalan.
Dura yang dibangun oleh bangsa Yunani pada sekitar tahun 300 SM ditaklukkan bangsa Romawi hampir 500 tahun kemudian. Dindingnya yang tinggi dan tebal serta berada di atas Sungai Eufrat merupakan pos perbatasan yang sempurna. Ujung utara tidak berdinding dan diubah menjadi “kawasan hijau” zaman Romawi, dilengkapi dengan sejumlah barak, kantor pusat untuk komandan garnisun, rumah pemandian dari bata merah yang cukup besar untuk mandi seribu orang tentara, amfiteater kekaisaran di sebelah timur, serta istana berkamar 600 yang cocok untuk para petinggi.
Daftar nama petugas memperlihatkan sedikitnya tujuh pos jaga berada di bawah kendali Dura. Salah satu pos jaga diawaki oleh hanya tiga orang tentara; pos jaga lainnya berjarak sekitar 150 kilometer ke arah hulu sungai. “Ini bukan kota yang terus-menerus terancam serangan musuh,” kata James saat saya datang berkunjung sebelum situasi politik di Suriah memburuk dan penggalian masih dapat dilakukan.
“Tentara yang bertugas jaga di sini mungkin lebih sibuk mengawasi penduduk setempat daripada mempertahankan pos dari serbuan dan serangan musuh.” Masa damai itu tak bertahan lama. Persia muncul sebagai ancaman serius di sepanjang garis perbatasan kekaisaran di sebelah timur setengah abad setelah bangsa Roma merebut Dura. Dimulai tahun 230, perang di antara para pesaing berkobar di kawasan Mesopotamia. Segera terbukti bahwa strategi perbatasan yang telah berhasil melindungi Romawi selama lebih dari satu abad tak sanggup melawan musuh berpasukan besar yang mantap.
Kekalahan Dura terjadi tahun 256. James menghabiskan waktu sepuluh tahun untuk menyingkapkan misteri saat-saat terakhir kota bertembok itu. Katanya, Romawi pasti sudah tahu bahwa serangan musuh akan tiba. Mereka punya waktu untuk memperkokoh tembok barat dengan mengubur sebagian kota.
Tentara Persia membangun perkemahan di permakaman kota yang berjarak beberapa ratus meter dari gerbang utama Dura. Tentara Persia membangun jalan penyerangan dan menggali terowongan di bawah kota. Harapannya, dapat meruntuhkan pertahanan kota. Pasukan Dura membalas melalui terowongan mereka sendiri.
!break!
Tatkala pertempuran semakin sengit di atas tanah, kata James, sebanyak 19 tentara Romawi berhasil menerobos terowongan pasukan Persia. Gas beracun, yang dipompakan ke dalam kamar bawah tanah, berhasil mencekik mereka. Sisa-sisanya merupakan bukti arkeologi tertua tentang berlangsungnya perang kimia.
Pasukan Persia gagal meruntuhkan tembok Dura, tetapi pada akhirnya berhasil merampas kota itu. Di kemudian hari, kota ditelantarkan sehingga terkubur di dalam pasir gurun. Pasukan Persia terus merasuk masuk ke provinsi timur Roma, merampas puluhan kota, dan menumbangkan dua kaisar sebelum menangkap kaisar ketiga, Valerian yang malang, tahun 260. Raja Persia, Shapur, konon menggunakan Valerian sebagai tumpuan kaki untuk beberapa waktu, lalu memerintahkan tentaranya untuk menguliti kaisar malang itu dan memaku kulitnya ke dinding.
Kekalahan itu menjadi titik balik. Kira-kira saat keruntuhan Dura, keseimbangan yang hati-hati dijaga antara penyerangan, pertahanan, dan intimidasi di perbatasan itu juga ikut runtuh.
Selama hampir 150 tahun, perbatasan itu telah membantu Romawi mengabaikan realitas yang menyakitkan: Dunia di balik dinding perbatasan berhasil menandinginya, sebagian karena bangsa Romawi itu sendiri. Kaum Barbar yang bertugas dalam pasukan Romawi membawa pulang pengetahuan, senjata, dan strategi militer Romawi, kata Michael Meyer, ahli arkeologi di Berlin.
Ketika pasukan ditarik dari seluruh kekaisaran untuk memukul mundur pasukan Persia, pos-pos lemah di Jerman dan Rumania mendapat serangan hampir pada waktu seketika. “Titik lemah strategi mereka adalah bahwa bangsa Roma memusatkan kekuatan militer di perbatasan,” ujar Meyer. “Ketika Jerman menyerang perbatasan dan berada di belakang pasukan Romawi, seluruh wilayah kekuasaan Romawi pun terbuka lebar.”
Tulisan pada altar setinggi 1,5 meter berhasil digali di Augsburg oleh para pekerja Jerman pada 1992. Ini semacam batu nisan untuk gagasan hebat Hadrian, yang menyatakan, pada tanggal 24 dan 25 April 260 Masehi, tentara Romawi bertempur melawan pasukan Barbar yang datang dari luar perbatasan Jerman. Pasukan Romawi menang dengan susah payah.
Komandannya mendirikan altar tanda kemenangan. Apa yang tersirat menyuguhkan kenyataan yang berbeda: Pasukan Barbar telah merasuk dalam ke wilayah Italia selama berbulan-bulan. Mereka berangkat pulang ke wilayah itu dengan membawa ribuan tahanan tentara Romawi.
Kekaisaran itu tak akan aman lagi di dalam tempat perlindungannya. Sejumlah kota di seluruh wilayah kekaisaran mulai membangun tembok sendiri-sendiri. Dalam kurun waktu dua abad, kekaisaran yang pernah menguasai kawasan yang lebih luas daripada Uni Eropa masa kini itu pun hilang ditelan titimangsa.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR