“Bahkan jika hasil studi genetik terbaru menunjukkan bahwa Denisova dan manusia modern bertemu di Asia selatan selama akhir Pleistosen (2,6 juta hingga 11.700 tahun yang lalu), kami tidak berharap untuk benar-benar menemukan gigi Denisova di Laos,” rekan penulis studi Laura Shackelford, ahli paleoantropologi di University of Illinois Urbana-Champaign.
Gigi tersebut adalah gigi geraham yang belum erupsi dari sisi kiri rahang bawah. Ini menunjukkan bahwa itu milik seorang anak berusia sekitar 3,5 hingga 8,5 tahun. Para ahli juga melakukan analisis kotoran dan batu di sekitar gigi dengan teknik seperti penanggalan luminesensi, guna menganalisis berapa lama butir mineral terakhir terpapar sinar matahari untuk memperkirakan usianya, dan penanggalan radioaktif yang mengukur usia benda berdasarkan berapa lama waktu yang dibutuhkan bahan kimia tertentu. Berdasarkan unsur-unsur untuk peluruhan radioaktif diketahui molar berusia antara 131.000 dan 164.000 tahun.
Dengan menganalisis protein dalam email gigi, tim memastikan bahwa itu berasal dari genus Homo. Tidak adanya protein yang terkait dengan kromosom Y menunjukkan bahwa gigi tersebut berasal dari wanita. Ketika para ilmuwan membandingkan geraham ini dengan gigi dari hominin mereka menemukan struktur 3D internal dan eksternalnya mirip dengan Neanderthal, tetapi sedikit di luar jangkauan yang diketahui.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan DNA Hominid dan Hewan Purba di Sedimen Gua Denisova
Baca Juga: Hasil Studi Fosil Manusia Purba, Denisova, Berusia 200.000 Tahun
Baca Juga: Apakah Manusia Purba Homo floresiensis Masih Hidup di Indonesia?
Baca Juga: Tak Seliar Manusia Purba, Manusia Modern Menjinakkan Dirinya
Selain itu, gigi tersebut juga berbeda dengan gigi manusia modern dan Homo erectus, spesies manusia pertama yang menggunakan peralatan batu yang relatif canggih. Meskipun para ilmuwan tidak dapat mengecualikannya sebagai milik Neanderthal, mereka menyarankan kesamaan fisik yang dekat dengan spesimen Denisova dari Tiongkok yang menunjukkan bahwa geraham itu kemungkinan besar adalah Denisova.
Chris Stringer, ahli paleoantropologi di Natural History Museum di London yang tidak ambil bagian dalam penelitian ini mengatakan bahkan jika fosil baru ini ternyata bukan Denisova, setiap fosil manusia baru dari daerah di mana beberapa fosil manusia purba telah digali sejauh ini, seperti Laos adalah penting. Terutama jika itu adalah fosil non-sapiens, karena ini jelas sepertinya begitu.
Temuan baru dapat menjelaskan sejauh mana garis keturunan manusia yang berbeda mungkin hidup berdampingan.
"Neanderthal hidup di Eropa dan Asia barat pada saat yang sama Denisova menempati sebagian besar Asia timur, bersama dengan kelompok manusia lain seperti Homo erectus, Homo floresiensis, Homo luzonensis dan manusia modern. Namun, masih belum jelas apakah, kapan dan di mana semua kelompok punah ini mungkin bertemu,” kata Shackelford.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR