Nationalgeographic.co.id - Para Firaun Mesir kuno dan kerabat mempersiapkan kematiannya sejak jauh-jauh hari. Mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyiapkan makam mewah yang diisi dengan beragam bekal.
Bahkan Firaun Mesir kuno pun membawa bekal makanan hingga alam baka. Bekal ini mungkin dibutuhkan untuk di akhirat. Termasuk makanan yang diawetkan agar bertahan selama mungkin.
Bahkan daging dan unggas ada di menu. Namun bagaimana makanan itu bisa tetap enak hingga akhir zaman? Untuk menjaga makanan yang sangat mudah rusak ini agar tetap enak, orang Mesir membuat mumi makanan. Mereka mengeringankannya perlahan dengan garam, membalutnya, dan menutupi bundelannya dengan resi. Seperti halnya membuat mumi dari tubuh manusia.
Sebuah studi mengidentifikasi salah satu resin yang digunakan dalam proses ini. Orang Mesir kuno menggunakan getah dari pohon yang berhubungan dengan pistachio. Getah dioleskan di atas iga sapi sebelum dikubur bersama kakek buyut Raja Tutankhamun sekitar tahun 1400 SM. Diimpor dari tempat yang sekarang menjadi Suriah dan Lebanon, resin ini adalah zat mahal yang hanya tersedia untuk orang kaya dan berkuasa.
“Begitu Anda mati dan menjadi mumi, Anda menjadi dewa,” kata pakar mumi Salima Ikram, ahli Mesir Kuno di American University di Kairo. “Dan para dewa menghirup zat resin itu.”
Saat ini resin serupa, yang dikenal sebagai damar wangi, digunakan dalam masakan Mediterania untuk menciptakan aroma asap.
Berbagai makanan berlapis damar ditemukan dari makam kakek dan nenek buyut Raja Tutankhamun—Yuya dan Tuyu. Pada saat penemuannya di tahun 1905, makam tersebut masih menyimpan dua mumi penghuni asli.
Di dalamnya terdapat beberapa peralatan pemakaman mereka, meskipun pada zaman kuno telah dirampok lebih dari satu kali. Ada 17 kotak makanan dari kayu, masing-masing diukir sesuai dengan apa yang ada di dalamnya. Misalnya kaki daging sapi muda yang dibungkus kain linen, serta bahu kijang, tiga angsa, dua bebek, dan burung kecil.
Yuya dan Tuyu percaya bahwa makanan lezat ini akan tersedia bagi mereka di kehidupan selanjutnya.
Ikram menyebut daging kuno seperti itu sebagai ‘mumi kurban’. Ini adalah salah satu dari empat label yang dia gunakan untuk mengategorikan makhluk hidup yang sengaja diawetkan setelah kematian. Ini termasuk mumi orang, hewan peliharaan, dan jutaan makhluk hidup untuk dipersembahkan kepada dewa. Ini termasuk anjing, kucing, ibis, babon, tikus, dan ular, secara khusus dibiakkan untuk dijadikan mumi.
Mumi persembahan ini menjadi sangat populer, dimulai dengan dinasti ke-26 di sekitar 664 Sebelum Masehi. Ikram menyebut mereka ‘mumi nazar.’
Tutankhamun merupakan Firaun yang memiliki banyak bekal makam. Arkeolog Inggris Howard Carter menemukan tempat peristirahatan terakhir Firaun remaja pada bulan November 1922. Sekarang dikenal sebagai KV62—makam ke-62 yang ditemukan di Lembah Para Raja.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR