“Ada sumber yang menunjukkan bahwa salah satu penguasa pertama Mesir memiliki keterampilan menulis. Dia diyakini sebagai seorang penulis dari beberapa perjanjian medis. Namun hal ini masih diperdebatkan," ungkap Filip Taterka dari Polish Academy of Sciences.
Sumber lain juga menunjukkan bukti soal kemampuan menulis para Firaun ini. Pejabat inti kerajaan di Saqqara menyebutkan bahwa ia menerima surat yang ditulis secara pribadi oleh Firaun Isesi. Ini dituliskan pada prasasti di makamnya. Firaun Isesi berasal dari akhir Dinasti Kelima, akhir milenium ke-3 Sebelum Masehi.
Jika peneliti lain menemukan bukti dalam bentuk catatan tertulis, Howard Carter justru menemukan alat tulis. Peralatan menulis ditemukan di makam Tutankhamun. Menurut Carter, ini berasal dari periode pendidikan Firaun muda itu.
Ahli Mesir kuno mengatakan bahwa calon Firaun sering memegang posisi administratif yang tinggi. Setiap fungsi dalam administrasi negara di Mesir kuno dikaitkan dengan kebutuhan mutlak pengetahuan tentang surat. Tanpa itu, mereka tidak akan bisa menjalankan tugasnya.
Pengetahuan tentang hieroglif diperlukan untuk memenuhi tugas kerajaan Firaun, yang mencakup ritual keagamaan. Sebagai satu-satunya perantara antara dewa dan manusia, Firaun membacakan teks-teks suci. Ia sering diidentikkan dengan dewa Thoth, penemu hieroglif.
Sering berada di bawah kekuasaan asing pada milenium 1 Sebelum Masehi, sebagian Firaun bahkan tidak bisa berbicara bahasa Mesir.
Berdasarkan penelitian Taterka, sebagian besar Firaun mengetahui seni membaca dan menulis. Namun keterampilan ini tidak umum di sekitar Mesopotamia.
Rekan-rekan penguasa Mesir, raja, dan pangeran Mesopotamia, pada dasarnya tidak menguasai aksara paku. “Ini mungkin disebabkan karena aksara tersebut sulit dipelajari,” tutur Lloyd.
Seiring waktu berlalu dan monumen dan prasasti pagan dihancurkan di Mesir. Bahasa diturunkan dari pengetahuan manusia dan hieroglif menjadi sumber spekulasi liar dan teori mistik. Kebijaksanaan Mesir pun menjadi legenda. Kebijaksanaan bangsa Mesir seakan menjadi debu dan tertiup angin.
Sekarang, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan arkeologi, kebijaksanaan Mesir kuno mulai diterima dan dicatat untuk generasi mendatang. Semua ini untuk memastikan agar sejarah penting ini tidak akan pernah hilang lagi.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR