Nationalgeographic.co.id—Saat lapar, seseorang memarahi temannya atau membentak rekan kerjanya saat rapat. Hal ini mungkin sering terjadi pada sebagian orang. Ada emosi yang sulit dijabarkan mengombinasikan rasa lapar dan kemarahan. Istilah ini sering disebut ‘hangry’, gabungan antara hungry dan angry atau lapar dan marah. Ilmuwan melakukan penelitian yang mengungkapkan hubungan rasa lapar dan mudah marah.
Penelitian sebelumnya telah menyelidiki tentang hubungan marah dan rasa lapar. Namun ada kekurangan dalam penelitian tersebut yaitu pengaturan di laboratorium tidak mencerminkan kehidupan sehari-hari. Sehingga para peneliti lain ingin lebih memahami hubungan antara kelaparan dan kemarahan di dunia nyata. Untuk melakukan itu, mereka meminta 64 peserta di Eropa Tengah untuk melacak emosi mereka lima kali sehari. Ini dilakukan selama tiga minggu menggunakan aplikasi ponsel pintar.
Kelaparan dikaitkan dengan lebih banyak kemarahan dan mudah tersinggung, alih-alih rasa senang. Sampel pun diamati.
Tim menemukan rasa lapar dikaitkan dengan 37 persen varian dalam sifat tersinggung, 34 persen dari varian dalam kemarahan dan 38 persen dari varian dalam kesenangan. Perasaan ini dapat disebabkan oleh fluktuasi harian dan tingkat kelaparan yang tersisa.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman hangry itu nyata,” tulis Swami dalam makalah yang diterbitkan di jurnal PLOS One.
Bagi mereka yang cepat marah ketika melewatkan makan siang, itu normal. Para peneliti mengonfirmasi bahwa kekurangan makanan membuat orang-orang menjadi hangry atau lapar dan mudah marah.
"Banyak dari kita sangat sensitif terhadap hormon stres," kata Deanne Jade, psikolog dari Pusat Gangguan Makan Nasional Inggris. Ketika seseorang terlalu fokus pada berbagai hal, termasuk lapar, ini bisa menyebabkannya menjadi gelisah.
Penelitian yang dilakukan Swami dan rekannya tidak mengusulkan solusi baru. Namun ini memperkuat apa yang sudah diketahui oleh banyak orang secara intuitif. Orang mungkin marah atau mudah tersinggung karena perlu mengisi perut, bukan karena alasan lain.
“Seringkali orang tidak menyadari penyebab rasa marah atau tersinggung. Penelitian menunjukkan bahwa mampu melabeli emosi dapat membantu orang untuk mengaturnya,” kata Swami. Seperti dengan mengenali bahwa kita marah hanya karena lapar.
Kabar baiknya adalah begitu orang menyadari penyebab kemarahan adalah rasa lapar, solusinya mudah: segera makan.
"Jika seseorang sering merasa sangat lapar dan dalam suasana hati yang buruk, mereka perlu melakukan evaluasi. Apakah mereka makan cukup atau apakah mungkin perlu mengubah porsi dan frekuensi makan setiap hari," tutur Jennifer Cholewka, seorang ahli gizi terdaftar di rumah sakit Mount Sinai.
Namun meski ini nyata, apa yang menyebabkan sebagian orang menjadi mudah tersinggung atau marah saat lapar? Para ilmuwan memiliki beberapa pendapat. Lapar dapat menyebabkan orang memandang dunia secara lebih negatif secara umum.
Penelitian sebelumnya juga mengaitkan gula darah rendah dengan peningkatan agresi, impulsif dan kemarahan. Juga pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Tetapi tidak jelas apakah kehilangan kendali diri seperti itu dapat timbul dari penurunan kecil glukosa darah.
Terlepas dari mekanismenya, Swami percaya penelitian ini mengangkat poin serius. Anak-anak yang pergi ke sekolah dengan rasa lapar cenderung tidak dapat belajar dengan efektif. Sebagian anak bahkan mungkin memiliki masalah perilaku. Jadi sangat penting untuk memastikan seorang anak mendapatkan sarapan yang tepat sebelum sekolah.
Untuk orang dewasa yang merasakan keterampilan sosial mereka menurun setelah melewatkan makan siang, sarannya sangat sederhana. “Jangan kelaparan,” kata Swami. "Meskipun bagi banyak orang itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan."
Source | : | Guardian,Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR