"Proyeksi tulang besar di belakang mata agak tidak terduga tetapi proyeksi yang lebih kecil memang ada pada fosil salamander dari batuan yang sedikit lebih muda. Tujuan mereka tetap tidak diketahui," kata Jones.
Salamander modern telah dipelajari secara ekstensif untuk memahami perkembangan, regenerasi, dan racun. Namun, evolusi awal mereka masih sangat kurang dipahami. Studi ini mencakup survei rinci anatomi salamander modern yang menginformasikan analisis selanjutnya.
Banyak penelitian sebelumnya tentang fosil salamander sangat bergantung pada fosil dari periode Jurassic Akhir. Fosil itu ditemukan di Kazakhstan, yang termasuk dalam genus Karaurus.
Ketika fosil baru ditemukan sebelum ini, seperti Marmorerpeton, mereka memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana salamander awal berevolusi.
Penulis senior Profesor Susan Evans yang pertama kali mendeskripsikan Marmorerpeton pada tahun 1988 mengatakan: "Asal usul dan sejarah awal kelompok amfibi modern tetap misterius dan fosil baru seperti ini adalah kunci untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang evolusi amfibi."
"Situs fosil di Skye terbukti menjadi harta karun bagi pemahaman kita tentang fauna dan ekosistem Jurassic Tengah," kata Profesor Roger Benson , seorang ahli paleontologi di Oxford University.
"Dan membantu mengisi celah dalam catatan fosil dari banyak garis keturunan hewan termasuk mamalia, reptil, dan amfibi."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | PNAS,University College London News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR