Nationalgeographic.co.id—Sicarii, diterjemahkan sebagai ahli pedang dari bahasa Latin, merupakan sekelompok fanatik Yahudi yang hidup selama abad ke-1 Masehi. Apa keunikan kelompok ini? Dianggap sebagai teroris paling awal dari dunia kuno, Sicarii punya tujuan untuk mengusir orang-orang Romawi dari Yerusalem. Untuk mencapai tujuannya, pembunuhan pun dilakukan, terutama di tempat-tempat ramai. Tebarkan teror, ahli pedang Sicari membunuh para pendukung Romawi. Sicarii akan muncul entah dari mana, menikam musuhnya lalu menghilang di tengah jeritan korban yang diteror.
Awal mula pemberontakan
Provinsi Romawi Yudea dibentuk pada tahun 6 Masehi, setelah berakhirnya Tetrarki Herodian. Bangsa Romawi bahkan berada di daerah tersebut sebelum pembentukan provinsi ini. Herodian, sang raja, memiliki hubungan yang baik dengan Romawi.
Bagi sebagian orang Yahudi, pendudukan Romawi atas tanah mereka dianggap tidak sah. Sehingga mereka berharap untuk melepaskan diri dari kekuasaan Romawi. Beberapa kelompok bangkit untuk menantang Romawi, salah satunya adalah Sicarii.
“Sicarii disebutkan dalam The Jewish War karya Josephus,” ungkap Wu Mingren di laman Ancient Origins. Josephus menyebutkan bahwa semua orang Yahudi yang tunduk kepada Romawi diperlakukan sebagai musuh. Sicarii pun menjarah harta benda mereka.
Sicarii mengeklaim bahwa orang-orang Yahudi telah menyerahkan kebebasan mereka karena pengecut, tulis Josephus. Namun klaim ini sebenarnya adalah “jubah” untuk kebiadaban dan ketamakan sebagai pembenaran atas teror.
Menurut Josephus, nama Sicarii berasal dari senjata yang digunakan oleh kelompok ini. Senjata pilihan mereka berupa pedang kecil, tidak jauh berbeda panjangnya dari acinacæ Persia. Namun agak bengkok dan seperti sicae (sabit Romawi).
Saat beroperasi, mereka berbaur di antara orang banyak saat festival keagamaan dilaksanakan. Saat orang-orang datang dari berbagai wilayah untuk menyembah Tuhan, maka sangat mudah bagi Sicarii untuk melancarkan serangannya. Dalam ‘The Jewish War’, Josephus melaporkan bahwa korban pertama Sicarii adalah imam besar Jonathan.
Di siang bolong, Sicarii membunuh di tempat umum. Di tengah kerumunan, mereka berbaur dengan orang banyak dan kemudian menusuk korban. Setelah itu, Sicarii akan berpura-pura ketakutan dan berteriak bersama dengan kerumunan.
Sicarii menargetkan elit Yahudi yang berkuasa, yang bekerja sama dengan Romawi. Karena tidak ada yang tahu siapa target selanjutnya, ketakutan dan kecemasan dengan cepat menyebar di kalangan elit. Tidak seperti kelompok pemberontak Yahudi lainnya, Sicarii tidak menyerang orang Romawi.
Perang Yahudi-Romawi Pertama
Selama Perang Yahudi-Romawi Pertama, yang berlangsung dari tahun 66 – 73 Masehi, Sicarii dipimpin oleh seorang Manahem, putra Yudas. Di bawah kepemimpinan Manahem, Sicarii berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Romawi.
Setelah merebut benteng tua Herodian di Masada dan menjarah gudang senjatanya, Sicarii melanjutkan perjalanan mereka ke Yerusalem. Di Sini mereka membentuk aliansi dengan kelompok pemberontak Yahudi lainnya. Meskipun para pemberontak berhasil mengusir orang-orang Romawi dari kota, konflik dengan kelompok yang berbeda pun terjadi.
Manahem bermaksud menjadikan dirinya sebagai pemimpin seluruh pemberontakan dengan menobatkan dirinya sebagai raja mesias di Bait Suci. “Tentu saja ini membuat marah pemberontak lainnya,” tambah Mingren. Tak ayal Sicarii pun diserang oleh pemberontak lainnya.
Pada awal pemberontakan, Menahem juga menyatakan dirinya sebagai mesias baru dan mulai bertindak seperti raja. Perilakunya tidak cocok dengan faksi-faksi Yahudi yang lebih moderat.
Baca Juga: Sisi Gelap Romawi: Konflik SARA, Kekerasan, dan Eksploitasi Seks
Baca Juga: Jadi Orang Paling Berkuasa, Bagaimana Kaisar Romawi Bersenang-senang?
Baca Juga: Era Lima Kaisar Baik: Puncak Kemakmuran dan Kekuasaan Romawi
Baca Juga: Simbol Keperkasaan Romawi, Roman Forum Jadi Episentrum Kekaisaran
Manahem akhirnya dikalahkan, ditangkap, disiksa, dan kemudian dieksekusi, bersama dengan banyak pengikut lainnya. Sicarii yang masih hidup, dipimpin oleh Eleazar ben Ya’ir, kerabat Manahem, melarikan diri ke Masada. Tempat ini menjadi benteng pertahanan mereka selama sisa perang. Sicarii tidak berpartisipasi lebih jauh dalam pemberontakan melawan Romawi. Setelah kekalahan terakhir, mereka membatasi tindakan militer mereka pada penjarahan desa-desa Yahudi di sekitar benteng.
Mati terhormat
Masada adalah salah satu benteng terakhir yang dipegang oleh pemberontak Yahudi selama pemberontakan mereka melawan Romawi. Pada tahun 73 Masehi, orang Romawi di bawah Lucius Flavius Silva mulai mengepung benteng ini.
Ketika Eleazar, pemimpin Sicarii, menyadari bahwa semuanya telah hilang, dia mengumpulkan para pembela yang tersisa. Saat itu, ia memberi tahu apa yang akan dilakukan orang Romawi jika mereka tertangkap. Dengan cara ini, Eleazar meyakinkan mereka untuk membunuh keluarga mereka dan kemudian bunuh diri, alih-alih melawan Romawi.
Ketika Romawi merebut benteng, semua orang Yahudi di benteng memilih untuk mati. Mereka lebih bangga mati terhormat dengan pedang mereka sendiri alih-alih menyerah kepada Romawi.
Sicarii adalah pejuang kemerdekaan dan teroris. Itu tergantung di sisi mana orang melihatnya. Bagi orang Romawi, kelompok ini adalah teroris. Sebaliknya bagi orang Yahudi yang tertindas, mereka adalah pahlawan.
Ideologi agama yang kuat memicu misi mereka. Taktik pembunuhan publiknya berhasil menyebarkan ketakutan di kalangan elit Yahudi yang berkuasa.
Sebagai kelompok teroris, Sicarii sangat sukses. Namun, mereka berperang melawan Romawi di puncaknya, sehingga azab mereka tidak terhindarkan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | History of Yesterday,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR