Ada kekhawatiran bahwa di beberapa negara kemungkinan besar jumlah kasus tidak dilaporkan secara substansial. Ada pula kekhawatiran munculnya laporan infeksi pada anak-anak dan wanita hamil. Dan yang terakhir, adanya kekhawatiran bahwa infeksi ini dapat menjadi endemik pada populasi manusia atau menular ke dalam kelompok berisiko kelompok bahkan setelah pandemi cacar monyet ini berakhir.
Argumen yang menentang menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global mengutip fakta bahwa sebagian besar infeksi saat ini terlihat hanya di 12 negara di Eropa dan Amerika Utara. Mereka juga memgutip bukti bahwa kasus cacar monyet stabil atau bahkan turun di negara-negara tersebut.
Hampir semua kasus cacar monyet terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria dan yang memiliki banyak pasangan. Hal ini memberikan peluang untuk menghentikan penularan dengan intervensi yang ditargetkan pada kelompok ini. Argumen lain adalah bahwa tingkat keparahan penyakit di luar kelompok tampaknya rendah.
Bagaimanapun, meskipun komite darurat tidak dapat mencapai konsensus, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tetap menyatakan keputusan tegas. Dia telah mengambil keputusan untuk mendeklarasikan bahwa cacar monyet merupakan darurat kesehatan global (PHEIC).
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR