Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan dari Tiongkok telah melaporkan penemuan spesies baru dari genus pit viper Gloydius. Gloydius adalah genus ular berbisa bertubuh kecil yang endemik di Asia.
Spesies baru ular berbisa ini ditemukan ini ditemukan di Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou di Provinsi Sichuan,Tiongkok. Para ilmuwan dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Chinese Academy of Sciences menerbitkan laporan tersebut dalam jurnal ZooKeys.
Publikasi tersebut dapat diperoleh secara daring dengan judul "Exploring cryptic biodiversity in a world heritage site: a new pitviper (Squamata, Viperidae, Crotalinae) from Jiuzhaigou, Aba, Sichuan, China."
Menurut para ilmuwan, ular ini didistribusikan terutama di Asia utara. Tetapi meluas ke Eropa selatan dalam kasus Gloydius halys.
Lebih dari 20 anggota genus diketahui sains. Mereka cukup umum dan telah menyebar ke berbagai habitat.
Spesies yang baru diidentifikasi adalah Gloydius lateralis. Ditemukan di Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou di Provinsi Sichuan, Tiongkok.
Ini memakan mamalia kecil, seperti tikus, dan aktif pada hari-hari cerah di pinggir jalan di lembah yang panas dan kering.
"Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou, Situs Warisan Dunia, terletak di zona transisi dari tepi timur Dataran Tinggi Qinghai-Tibet ke Cekungan Sichuan di Provinsi Sichuan dan menempati area seluas 651 km persegi," kata Jingsong Shi dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi di Chinese Academy of Sciences dan rekan seperti dilansir Sci News.
"Cagar alam ini ditutupi dengan hutan asli yang terpelihara dengan baik, dan banyak danau alpine."
Indah dan permai, menurut ilmuwan, ini adalah rumah bagi beberapa hewan langka, seperti panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) dan monyet berhidung pesek emas (Rhinopithecus roxellana).
"Keragaman herpetologis, berbeda dengan mamalia, relatif rendah di daerah tersebut karena lingkungan pegunungan yang keras," tambah mereka.
Para ilmuwan menulis, penelitian ini menyajikan perbandingan morfologi yang komprehensif beserta filogeni molekuler genus Gloydius berdasarkan lima gen mitokondria.
Spesimen yang dikumpulkan dari Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou terbukti merupakan spesies baru, Gloydius lateralis sp. nov. Itu berdasarkan kombinasi akun morfologis dan molekuler.
G.lateralis sp. nov. berbeda dari spesies kongenerik lainnya dengan serangkaian karakteristik morfologi diagnostik dan membentuk kelompok monofiletik yang didukung kuat.
Spesies baru ini secara filogenetik berkerabat dekat dengan G. swild, spesies lain yang baru-baru ini dideskripsikan dari Heishui, Aba, Sichuan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang itu, dan untuk menyelidiki sistem ekologi pascagempa di wilayah tersebut, para ilmuwan melakukan serangkaian penyelidikan di Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou.
Gloydius lateralis secara morfologis mirip, dan secara filogenetis berkerabat dekat dengan Gloydius swild, spesies lain yang baru-baru ini dideskripsikan dari Heishui, Aba, Sichuan.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Baru Mengobati Korban Gigitan Ular dengan Cepat
Baca Juga: Langka, Ular Berbisa dengan Dua Kepala Ditemukan di Amerika Serikat
Baca Juga: Teknik Ilmuwan Dapatkan DNA dari Acar Ular yang Berumur Puluhan Tahun
Baca Juga: Perdagangan Ular di Indonesia Disorot: Apakah Cukup Berkelanjutan?
Akan tetapi berbeda darinya dengan memiliki mata yang lebih besar dan garis coklat reguler yang berkesinambungan pada setiap sisi dorsolateral tubuh.
"Penemuan Gloydius lateralis memberikan wawasan baru tentang keragaman dan pola distribusi ular pit viper Asia," kata para peneliti.
Ular pit viper atau disebut juga ular beludak, adalah sekelompok ular berbisa, familia Viperidae. Mereka yang ditemukan hampir di seluruh bagian dunia kecuali Antarktika, Australia, Irlandia, Madagaskar dan Selandia Baru. Termasuk juga berbagai pulau terisolasi seperti Hawaii, dan kawasan dingin di atas Lingkar Kutub.
Semua jenis ular beludak memiliki taring yang panjang yang berguna menyuntikkan bisa (racun). Ular ini biasanya memakan binatang mengerat dan binatang kecil lainnya.
"Pembentukan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet mungkin menjadi salah satu faktor kunci isolasi geografis ular berbisa alpine pit di Tiongkok barat daya."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Sci News,ZooKeys |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR