Nationalgeographic.co.id—Ilmuwan planet dari Rice University, NASA Johnson Space Center dan California Institute of Technology memiliki jawaban atas misteri yang membingungkan komunitas riset Mars. Jawaban misteri ini muncul sejak penjelajah Curiosity NASA menemukan mineral yang disebut tridimit di Kawah Gale pada 2016.
Tridimit adalah bentuk kuarsa bertemperatur tinggi dan bertekanan rendah yang sangat langka di Bumi. Bahkan masih belum jelas bagaimana bongkahan terkonsentrasi itu berakhir di kawah. Kawah Gale dipilih sebagai lokasi pendaratan Curiosity karena kemungkinan pernah menampung air cair. Bahkan, Curiosity menemukan bukti yang mengonfirmasi Kawah Gale adalah sebuah danau baru-baru ini 1 miliar tahun yang lalu.
"Penemuan tridimit di batu lumpur di Kawah Gale adalah salah satu pengamatan paling mengejutkan yang dilakukan penjelajah Curiosity dalam 10 tahun menjelajahi Mars," kata Kirsten Siebach dari Rice, salah satu penulis studi. "Tridimit biasanya dikaitkan dengan pembentukan kuarsa, eksplosif, sistem vulkanik yang berevolusi di Bumi. Tetapi kami menemukannya di dasar danau kuno di Mars, di mana sebagian besar gunung berapi sangat primitif."
Hasil studi terkait temuan ini diterbitkan di jurnal Earth and Planetary Science Letters pada 19 Juli. Makalah tersebut diberi judul Tridymite in a lacustrine mudstone in Gale Crater, Mars: Evidence for an explosive silicic eruption during the Hesperian.
Siebach, asisten profesor di Rice's Department of Earth, Environmental and Planetary Sciences, adalah spesialis misi di tim Curiosity NASA. Untuk menemukan jawaban atas misteri tersebut, dia bermitra dengan dua peneliti pascadoktoral dalam kelompok penelitian Rice-nya. Valerie Payré dan Michael Thorpe, Elizabeth Rampe dari NASA dan Paula Antoshechkina dari Caltech bekerja sama dengannya. Payré, penulis utama studi, sekarang berada di Northern Arizona University dan bersiap untuk bergabung dengan fakultas di University of Iowa pada musim gugur.
Siebach dan rekan-rekannya memulai dengan mengevaluasi kembali data dari setiap temuan tridimit yang dilaporkan di Bumi. Mereka juga meninjau bahan vulkanik dari model vulkanisme Mars dan memeriksa kembali bukti sedimen dari danau Kawah Gale.
Mereka kemudian datang dengan skenario baru yang cocok dengan semua bukti. Di mana Magma Mars duduk lebih lama dari biasanya di ruang di bawah gunung berapi. Magma mengalami proses pendinginan parsial yang disebut kristalisasi fraksional yang terkonsentrasi silikon. Dalam letusan dahsyat, gunung berapi itu memuntahkan abu yang mengandung silikon ekstra berupa tridimit ke danau Kawah Gale dan sungai-sungai di sekitarnya. Air membantu memecah abu melalui proses alami pelapukan kimia. Air juga membantu memilah mineral yang dihasilkan oleh pelapukan.
Skenarionya akan mengkonsentrasikan tridimit, menghasilkan mineral yang konsisten dengan temuan 2016. Ini juga akan menjelaskan bukti geokimia lainnya yang Curiosity temukan dalam sampel. Termasuk juga silikat opaline dan konsentrasi aluminium oksida yang berkurang.
Baca Juga: Ilmuwan Mengidentifikasi Kawah Asal Meteorit Planet Mars yang Terkenal
Baca Juga: Membawa Sampel Planet Mars ke Bumi, Amankah? Beberapa Orang Khawatir
Baca Juga: Reaktor Masa Depan, Menyediakan Oksigen dan Membangun Koloni di Mars
"Ini sebenarnya evolusi langsung dari batuan vulkanik lain yang kami temukan di kawah," kata Siebach. “Kami berpendapat bahwa karena kami hanya melihat mineral ini sekali, dan sangat terkonsentrasi di satu lapisan, gunung berapi itu mungkin meletus pada saat yang sama dengan danau di sana. Meskipun sampel spesifik yang kami analisis bukan hanya abu vulkanik, itu adalah abu yang telah lapuk dan disortir oleh air."
Jika letusan gunung berapi seperti yang ada dalam skenario memang terjadi ketika Kawah Gale berisi danau, itu terjadi lebih dari 3 miliar tahun yang lalu. Saat itu Mars sedang dalam transisi dari dunia yang lebih basah dan mungkin lebih hangat ke planet yang kering dan tandus seperti hari ini.
"Ada banyak bukti letusan gunung berapi basaltik di Mars, tetapi ini adalah kimia yang lebih berkembang," tutur Siebach. "Pekerjaan ini menunjukkan bahwa Mars mungkin memiliki sejarah vulkanik yang lebih kompleks dan menarik daripada yang kita bayangkan sebelum Curiosity."
Saat ini, penjelajah Curiosity masih aktif, dan NASA sedang bersiap untuk merayakan ulang tahun ke-10 pendaratannya bulan depan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR