Nationalgeographic.co.id—Di Eropa 500 tahun yang lalu, patung-patung klasik seolah membuang pakaian mereka. Tubuh manusia telanjang di masa lampau dihormati dengan cara yang revolusioner: seni lukis.
Setelah lebih dari satu milenium terkungkung ajaran Kristen, tubuh malah jadi bagian yang kerap dipamerkan. Nudity atau ketelanjangan menjadi bagian realisme yang berharga dalam seni lukis di zaman klasik.
"Seperti halnya Michelangelo yang mengukir patung David-nya. Ia menempatkan seorang pria kolosal dengan telanjang di jantung publik Republik Florentine," tulis Jonathan Jones kepada The Guardian.
Jones menulis dalam sebuah artikel berjudul Native American encounters took art into pastures nude yang diterbitkan pada 6 Mei 2013. Seperti halnya juga Giorgione yang meniru Michelangelo dengan meletakkan lukisan telanjang wanita di luar ruangan di Venesia.
Secara tradisional kelahiran kembali lukisan telanjang ini, membentuk keindahan manusia dan membantu menciptakan budaya modern. Hal itu telah dijelaskan oleh penemuan kembali Renaisans, patung telanjang Yunani dan Romawi kuno.
Namun, kehadiran lukisan-lukisan telanjang ini diperkirakan mulai bermunculan kembali di zaman penjelajahan bangsa Eropa ke benua yang gelap dan asing bagi mereka, Amerika.
"Lukisan di Vatikan menunjukkan orang Indian Amerika menari telanjang: penis terlihat jelas dalam penggambaran kehidupan di Dunia Baru yang jujur ini," imbuh Jones.
Columbus pertama kali berlayar ke Amerika pada tahun 1492: pada tahun itu Eropa "menemukan" Amerika. Adegan yang baru ditemukan itu dilukis hanya dua tahun kemudian.
Baca Juga: Perintilan Basoeki Abdullah di balik Seni Lukis Potret Sukarno
Baca Juga: Decak Keindahan Flora Melalui Seni Lukis Botani
Melirik Kasus Codeblu, Dulu Pengulas Makanan Justru Sangat Menjaga Anonimitas, Kenapa?
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR