Nationalgeographic.co.id—Verenigde Oost-Indische Compagine atau VOC merupakan satu-satunya entitas Eropa yang diizinkan untuk berdagang langsung di Asia, khususnya di Nusantara, India dan Jepang.
Sejarah kemunculan VOC menandai adanya percaturan bisnis dagang Kerajaan Belanda di Asia. Dimulai pada tahun 1595, sebuah sindikat yang terdiri dari sembilan saudagar Amsterdam mengirim armada kapal pertama mereka ke Timur.
Tujuannya adalah "membangun bisnis yang menguntungkan dari impor langsung rempah-rempah Asia yang mahal," tulis Ota Atsushi kepada Nippon berjudul The Dutch East India Company and the Rise of Intra-Asian Commerce yang terbit 18 September 2013.
"Tidak lama setelah pelayaran ini menunjukkan potensi komersial dari usaha semacam itu, yang lain mulai ikut-ikutan," tambah Ota, seorang mahasiswa Jepang yang telah melakukan riset tentang arsip VOC.
Hampir 20 sindikat dagang Belanda berlomba-lomba mengimpor pala, fuli, dan cengkeh dari Maluku (yang juga dikenal sebagai Kepulauan Rempah-rempah) di kepulauan Indonesia.
Khawatir bahwa persaingan domestik yang berlebihan akan menurunkan laba, pemerintah Belanda pada tahun 1602 menggabungkan kelompok-kelompok ini menjadi satu perusahaan sewaan, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
VOC mendirikan pos permanen pertamanya pada tahun 1603 di Banten di Jawa Barat. Pada 1605, ia membangun sebuah benteng di Ambon di Maluku.
"Ia melawan saingan komersialnya dari Inggris, Spanyol, dan Portugal, sementara secara bertahap memperkuat kontrol atas penduduk asli melalui kombinasi kekuatan militer dan manipulasi politik," tegas Ota dalam tulisannya.
VOC ingin meningkatkan produksi rempah-rempah lokal yang berharga, dengan mencoba penanaman paksa di beberapa daerah. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa insentif ekonomi diperlukan.
"Dengan pemikiran ini, ia mulai mengimpor komoditas dengan permintaan tinggi di antara penduduk pulau," pungkasnya.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Kompeni VOC dari Musibah Karamnya Kapal Zeewijk
Baca Juga: Kapal-Kapal Kesultanan Banten yang Canggih dari Kesaksian VOC
Baca Juga: Kematian Paling Tragis Pieter Erberveld Akibat Mengkhianati VOC
Salah satu komoditas yang paling banyak dicari, tidak hanya di Maluku tetapi di seluruh Indonesia, adalah tekstil katun celup dari India. Untuk memperoleh kain untuk perdagangan, VOC dengan cepat memperluas jaringan perdagangannya ke India.
Meskipun ada halangan dari Portugis, yang telah menempatkan diri di anak benua sebelumnya, VOC berhasil bernegosiasi dengan penguasa lokal untuk mendirikan "pabrik" (pos perdagangan).
Mereka mulai membangunnya sejak tahun 1606 dan seterusnya di tempat-tempat seperti Petapuli, Masulipatnam (sekarang Machilipatnam), Pulicat, Negapatam (Nagapattinam), dan Hugli.
"Belanda memusatkan perhatian terutama pada Pantai Coromandel tenggara, pusat penting tekstil, yang menjadi pusat perdagangan tekstil VOC," tutupnya.
Source | : | nippon.com |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR