Nationalgeographic.co.id—Meski dilaporkan sempat terjadi skandal, Wayang Orang Sriwedari telanjur diakui popularitasnya sejak masa lampau. Panggung hiburan telah menyeret mereka hingga ke puncak popularitasnya.
Walaupun hari ini gaungnya tak sepopuler dulu, eksistensinya tetap lestari. Pertunjukan seni yang bisa dikatakan "tak dilekang waktu." Hal ini juga pernah disebut dalam beberapa koran Belanda di awal abad ke-20.
Sebagaimana pernah dilansir dari koran berbahasa Belanda, De Locomotief. Mereka menyebut bahwa "wayang orang Sriwedari sebagai seni teatrikal terbaik di Jawa yang bahkan menarik perhatian orang-orang Eropa."
Keseruan aksi panggungnya kian dikagumi banyak orang, membuat pertunjukan budaya Surakarta ini pernah masuk dalam pusaran skandal.
Nieuwe Haarlemsche courant, sebuah koran Belanda yang terbit pada 7 Juli 1936 berjudul Geding om een portret, pernah mengisahkan tentang isu skandal potret Wayang Orang Sriwedari yang tergambar dalam mata uang gulden.
Koresponden dari Nieuwe Haarlemsche courant menulis dalam kolom beritanya, bahwa investigasi serius ditujukan kepada De Javasche Bank yang secara sengaja tidak meminta izin kepada pihak Wayang Orang Sriwedari untuk menerbitkan uang bergambar pemain wayang.
"De Javasche Bank mengeluarkan seri uang baru kertas senilai f.5 (gulden)," tulis koresponden. Menurut laporannya, uang kertas senilai f.5 itu diterbitkan pada 1 April 1935.
Dalam uang kertas baru tersebut, terpampang sosok lakon Wayang Orang Sriwedari yang tidak disebutkan namanya itu. Komite Wayang Orang Sriwedari lantas kaget dengan kemunculan uang kertas baru itu.
Menurutnya, pihak De Javasche Bank di Batavia belum meminta izin atas kewenangan penerbitan potret pemainnya dalam uang tersebut. Potret pemain wayang itu digambarkan dengan sombo.
"Barangkali nanti djadi oewang," begitulah ujar pihak De Javasche Bank dari pengakuan sang lakon wayang sesaat akan meninggalkan pemotretan. Tidak ada konfirmasi lebih lanjut lagi untuk apa potret itu digunakan.
Sang lakon Wayang Orang Sriwedari pun tidak tahu akan jadi apa potretnya, yang kemudian diterbitkan dalam mata uang kertas terbaru De Javasche Bank senilai f.5 (gulden).
Source | : | Nieuwe Haarlemsche courant (7 Juli 1936) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR