Nationalgeographic.co.id—Sepenggal kisah rumah pusaka di Jalan Sudirman Pangkalpinang, Pulau Bangka di kawasan Kampung Katak. Kita bisa menjumpai sebuah rumah bergaya tradisional Melayu dengan paduan langgam Tionghoa dan Eropa yang dijuluki House of Lay—atau Rumah Keluarga Lay.
Salah satu daya tarik kota Pangkalpinang ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.65. Ia berdiri gagah megah di atas tanah seluas 11.000 meter persegi. Bangunan ini pun menjadi wajah sebuah hotel ternama di ibukota Provinsi Bangka Belitung. Kesan megah tampak dari besarnya bangunan dan fasadnya. Menurut empunya rumah, bangunan ini didirikan oleh generasi pertama keluarga Lay yang datang ke Pulau Bangka pada awal abad ke-19, yakni Lay Fong Joe.
Rumah ini menyimpan kenangan keberadaan keluarga Lay, salah satu marga terbanyak di Pangkalpinang bersama marga Tionghoa lainnya yaitu Oen, Tan, Lie dan Ong. Bangunan berlantai dua ini pun menjadi museum hidup tinggalan Lay Feng Joe pada keluarga besarnya yang berkontribusi pada ibukota Provinsi Bangka Belitung.
“Keturunan Lay yang berada di luar Bangka ya akan datang ke sini, ada yang mengenang luluhur, ada yang sembahyang. Altar keluarga masih ada. Lay Bangka ada di mana-mana,” ujar Hongky Listiyadhi atau Lie San Hong (59) cucu luar dan keturunan kelima keluarga Lay.
Ia bersama istri dan kerabat terdekatnya menghidupkan rumah yang kini dimiliki oleh PT. Bangun Mega Lestari dengan pemegang saham yaitu keluarga Lay dan Hendry Lie. Dimulai dari memori Hongky Lie saat hujan turun dini hari pada tahun 2012 membawa Rumah Lay menjalani proses revitalisasinya pada tahun 2014 dengan pendokumentasian, identifikasi kerusakan dan rencana konservasi yang dilakukan oleh Eko Alvarez, Jonny Wongso, Randi Majestica, Rini Affrimayetti.
Proses revitalisasi bangunan Rumah Lay mulai digarap tahun 2016, dilaksanakan oleh konsultan arsitek Danang Triatmoko (DHDT Architect). Pada akhir tahun 2018, Rumah Lay mulai beroperasi sebegai House of Lay yang berfungsi sebagai Rumah Marga Lay. Rumah ini pun terdiri dari beberapa unit bisnis yaitu Kafe La Terrase, kerajinan Batik Kampung Katak, dan perhotelan.
“Kita pertahankan sebanyak mungkin dan rumah ini bisa ngidupin dirinya sendiri,” ujar Hongky.
Menurut Hongky Lie, rumah ini dibangun oleh Lay Feng Joe atau Lay Sioe Long yang datang ke Bangka sekitar tahun 1830 dan diduga merintis bisnis dagang. Walaupun ia tak menjabat sebagai opsir Tionghoa, ia menyandang gelar rulinlang, sebuah gelar kehormatan yang diberikan oleh Kaisar Tiongkok kepada para Mandarin (pejabat) kekaisaran serta orang-orang yang dianggap berjasa bagi pemerintah Dinast Qing. Tak banyak yang mengetahui atau bahkan menemukan jenis gelar ini pada makam-makam Tionghoa di Nusantara!
Gelar rulinlang merupakan gelar setara dengan pejabat kekaisaran tingkat 6 dari 9 pemeringkatan strata pejabat sipil dan militer. Gelar ini biasanya diberikan dengan mandat Kaisar kepada kaum cendikiawan yang merupakan anak dari kaum gentry atau kaum terpelajar/cedikiawan Konfusian yang telah menduduki jabatan tingkat 1-5.
Selain itu nisan Feng Joe mencatat gelar Rulinlang Houxuan Zhilizhou Fenzhou yang menunjukkan bahwa pemilik gelar ini adalah pejabat kekaisaran tangkat enam yang memimpin daerah administratif kekaisaran di luar Tiongkok. Dalam nisannya tertera bahwa Feng Joe meninggal pada usia 54 tahun (tidak diketahui informasi kelahiran dan kapan ia wafat).
Lay Sioe Long menikah dengan Tjoeng Djin Moei, adik perempuan Tjoeng Jung Fong atau Tjoeng A Thiam. Tjoen A Thiam adalah Mayor Tionghoa di Mentok yang menjadi Kapiten Tionghoa mulai tahun 1879 hingga mengundurkan diri tahun 1886 lalu diberi gelar Mayor Titulair sampai meninggalnya tahun 1895. Dari pernikahannya dengan Djin Moi, Lay Sioe Long memiliki sembilan anak. Tiga diantaranya menjadi opsir Tionghoa di Bangka.
Lay Feng Joe kemudian mewariskan rumah kediamannya kepada Lay Nam Sen untuk kemudian keturunan Lay Nam Sen yang kini merawat rumah ini. Ya, cucu luar dari keluarga Lay lah yang kini menghidupkan Rumah Lay, diantaranya adalah Lie San Ming (Mingky Listiyadhi), Lie San Lie (Saly LIstiyadhi), Lie San Hong (Hongky Listiyadhi), Lie San Kie (Kieky Listiyadhi). Mereka tak sendiri, keluarga Lay yang lain turut berperan secara tak langsung.
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR