Nationalgeographic.co.id—Pada masa awal Dinasti Tang, dikisahkan kerajaan Tay Tong Tya berhasil selamat setelah dikepung musuh, Kerajaan Liu Tang Ko Le Kok. Semua berkat Sie Jin Kwie dan saudara angkatnya atas permintaan menteri Thio Su Kwie.
Perlahan-lahan, peperangan membuat Tay Tong Tya unggul dengan menguasai satu per satu benteng kota kerajaan milik musuh. Kaisar Lie Si Bin yang mengetahui peranan Sie Jin Kwie hendak bertemu dengannya. Sie Jin Kwie (Xue Ren Gui) punya kesan tersendiri bagi Sang Kaisar.
Penasihat kerajaan bernama Kunsu Cie Bouw Kong menyarankan agar Kaisar tidak terburu-buru untuk bertemu dengan Sie Jin Kwie. Namun, Kaisar Lie Si Bin bersikeras karena hendak mengetahui kehebatannya dalam bertempur demi menyelamatkan kerajaan.
Sang Penasihat hanya menyarankan, jika demikian, Kaisar harus berburu ke hutan tanpa pengawalan. Beberapa tokoh di kerajaan terkejut dengan saran itu, sebab itu tandanya Kaisar bisa dalam bahaya dengan serangan musuh. Kaisar Lie Si Bin menyetujui saran penasehatnya.
Sebagai kelanjutannya, sebelum Kaisar melanjutkan pencariannya, Kunsu Cie Bouw Kong memintanya berjanji. Janji itu adalah jika Sie Jien Kwie menderita tiga tahun karena pertemuan ini, Kaisar Lie Sie Bin harus mengampuninya. Kaisar menerimanya dan langsung pergi berburu ke hutan dengan menunggangi kuda.
Saat berburu di hutan, Kaisar Lie Sie Bin justru bertemu dengan panglima musuh bernama Kay Souw Bun. Sontak, Kaisar berlari kabur dengan dengan kudanya, dan Kay Souw Bun mengejarnya.
Situasi makin menjepit Kaisar yang sendirian tanpa pengawalan. Di pinggiran suatu sungai, kuda Kaisar terperosok terjebak lumpur, sementara Kay Souw Bun benar-benar sudah di depan matanya, seolah menjemput kematiannya.
Tiba-tiba Sie Jin Kwie muncul tanpa diduga kaisar maupun Kay Souw Bun. Rupanya dia datang dari tempatnya beristirahat dan kuda miliknya gelisah. Instingnya inilah yang membuat Sie Jin Kwie segera meluncur bersama kuda dan senjatanya. Kay Souw Bun pun dikalahkahkan Sie Jin Kwie, dan nyawa Kaisar Lie Sie Bin selamat.
Momen inilah pertama kali Kaisar Lie Sie Bin dan Sie Jin Kwie bertemu langsung. Sie Jin Kwie memperkenalkan dirinya. Setelah perbincangan lebih lama, ternyata Kaisar mengetahui bahwa selama ini Thio Su Kwie telah membohongi dan menutup-nutupi keberadaan Sie Jin Kwie. Penasihatnya selama ini adalah pemberontak.
Singkatnya, Sie Jin Kwie diminta untuk menumpas pemberontakan Thio Su Kwie. Hadiah yang diberikan Kaisar tidak tanggung-tanggung, bahkan memberikannya jodoh. Sie Jin Kwie mengatakan bahwa dia sebenarnya telah beristri. Namun, siapa yang berani menolak permintaan penguasa negeri, dia harus menikah dengan perempuan yang ditunjuk Kaisar.
Begitulah ringkasan cerita Sie Jin Kwie Cen Tang. Wayang potehi dan wayang kulit cina oleh Sanggar Budaya Rumah Cinta Wayang (Rumah Cinwa). Pertunjukan ini diprakarsai oleh BIMASENA, komunitas bisnis yang peduli dalam konservasi seni budaya Indonesia. Penampilannya diadakan hari Sabtu, 1 Oktober 2022 di Grha BIMASENA.
"Sie Jin Kwie ini kan aslinya tokoh yang dari 'kelas rendah' di istana, tapi dia punya jiwa patriotik, semangat kepahlawanan untuk negaranya di tengah kebobrokan," kata pegiat wayang potehi Rumah Cinta Wayang Dwi Woro Retno Mastuti. "Semangat inilah yang kami sampaikan lewat penampilan cerita ini."
Baca Juga: Kisah Perjuangan Penjaga Tradisi Wayang Cecak di Pulau Penyengat
Baca Juga: Naskah Cina-Jawa, Jejak Budaya yang Terlupakan dalam Sejarah
Baca Juga: Melihat Sisi Lain Sambo, Tokoh Wayang yang Jujur dan Tepercaya
Baca Juga: Wayang Orang Sriwedari di Perayaan Ulang Tahun Putri Ratu Belanda
Wayang potehi merupakan bagian dari keragaman Indonesia. Nama 'potehi' berasal dari lafal Hokkian yang berarti boneka kantong. Kemunculannya di Indonesia tidak diketahui pasti sejarahnya, tetapi yang jelas berhubungan dengan migrasinya etnis Tionghoa ke Nusantara sejak berabad-abad silam.
Wayang ini kemudian berakulturasi dengan kebudayaa Jawa. Pementasannya di masa silam sering dilakukan di klenteng bersama pembakaran dupa untuk para dewa. Sayangnya, kebudayaan ini nyaris mati suri di masa Orde Baru yang melarang unsur Tionghoa dalam kesenian dan kepercayaan.
Selain wayang potehi, pementasan ini juga menampilkan wayang kulit cina. Beberapa bagian dari kisah Sie Jin Kwie ditampilkan dengan melibatkan dua jenis wayang yang dilakukan oleh dua dalang berbeda. "Wayang kulit cina kurang dikenal banyak, kami ingin mengenalkannya kembali," terang Woro.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR