Ternyata, ukuran populasi spesies pada saat pencatatan tidak berubah secara signifikan antara 1985-1991 dan 1992-2020. Studi ini juga menemukan bahwa ada waktu tunggu yang lama secara konsisten sebelum spesies menerima perlindungan. Sehingga selanjutnya meningkatkan risiko kepunahan spesies dengan populasi yang sudah kecil atau menurun dengan cepat.
Pembatasan dana tidak membantu. Sementara alokasi dana menurun antara 2010 dan 2020, jumlah spesies yang terdaftar untuk perlindungan meningkat lebih dari 300% selama waktu itu. Akibatnya, studi tersebut menemukan bahwa pendanaan untuk perlindungan telah turun hampir 50% per spesies sejak 1985.
"Seiring dengan jumlah spesies yang terancam—dan ancaman yang mereka hadapi—berlipat ganda, kesimpulan yang disayangkan adalah bahwa Dinas Perikanan dan Margasatwa AS diminta untuk berbuat lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit," kata Eberhard.
"Peningkatan dana sangat penting untuk kemajuan substansial yang berkelanjutan dalam melindungi spesies yang terancam punah," tulis mereka. "Studi telah menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pengelolaan spesies yang terancam memang berkontribusi pada peningkatan status pemulihan dan mencegah kepunahan."
Saat pertemuan Konvensi Keanekaragaman Hayati semakin dekat, penulis studi berharap bahwa para pemimpin di AS dan di seluruh dunia akan belajar dari pelajaran ini untuk lebih melindungi dan melestarikan spesies yang terancam punah di seluruh dunia.
Source | : | EarthSky |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR