Nationalgeographic.co.id — Sebuah studi baru menunjukkan susu telah digunakan oleh petani pertama dari Eropa Tengah di era Neolitik awal sekitar 7.400 tahun yang lalu. Para arkeolog telah mendeteksi jejak lemak susu di dinding bejana tembikar dari pemukiman budaya Linearbandkeramik.
Temuan tersebut telah dipresentasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences baru-baru ini. Temuan itu mengungkapkan kemampuan manusia untuk mendapatkan makanan dari susu dan membangun fondasi awal industri susu.
Perlu diketahui, pengenalan dan penyebaran pertanian berbasis hewan ruminansia oleh petani Neolitik awal memiliki implikasi mendasar untuk membentuk transisi Mesolitik-Neolitik di Eropa. Itu semuanya sepenuhnya mengubah budaya, biologi, dan ekonomi Eropa prasejarah, dengan cara yang mendasari kehidupan modern.
Secara kritis, perubahan ini mendukung penyebaran ekonomi susu secara global, dan evolusi persistensi laktase di Eropa.
Penelitian internasional, yang dipimpin oleh University of Bristol ini menggunakan teknik perintis yang dapat mendeteksi jejak lemak susu yang terawetkan di dinding bejana tembikar dari abad ke-54 SM, zaman neolitikum.
Pada zaman itu, fase atau tingkat kebudayaan mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar
Metode ini menargetkan asam lemak dari residu lemak hewani, sehingga secara unik cocok untuk menunjukkan dengan tepat pengenalan bahan makanan baru di zaman prasejarah.
Penulis utama Emmanuelle Casanova, yang melakukan penelitian sambil menyelesaikan PhD dalam kimia arkeologi di University of Bristol, mengatakan: "Sungguh menakjubkan dapat secara akurat menentukan tanggal awal eksploitasi susu oleh manusia di zaman prasejarah."
Menurutnya, perkembangan agropastoralisme mengubah pola makan manusia prasejarah dengan memperkenalkan komoditas pangan baru, seperti susu dan produk susu, yang berlanjut hingga saat ini.
Baca Juga: Temuan Prasejarah Ini Ungkap Bayi Sudah Diberi Susu Sapi Sejak 5.000 Tahun Lalu
Baca Juga: Kejutan Misteri Zaman Perunggu: Susu Picu Migrasi Stepa Besar-besaran
Baca Juga: Ditemukan Residu Produk Olahan Susu di Tembikar Dari Tahun 3100 SM
Pemukim di Eropa Tenggara, Timur, dan Barat ini adalah kelompok tani Neolitik paling awal di Eropa Tengah, yang dikenal sebagai budaya Linearbandkeramik (LBK). Temuan penelitian ini menunjukkan beberapa pemukim pertama di wilayah tersebut menggunakan susu dalam skala besar.
Pekerjaan ini merupakan bagian dari proyek NeoMilk European Research Council (ERC) yang dipimpin oleh Profesor Richard Evershed FRS dari School of Chemistry di University of Bristol.
Tim peneliti tersebut menganalisis lebih dari 4.300 bejana tembikar dari 70 pemukiman LBK untuk mencari sisa makanan mereka. Hasilnya mengungkapkan variasi yang cukup besar dalam penggunaan susu di seluruh wilayah, dengan hanya 65 persen situs yang menyajikan bukti lemak susu dalam wadah keramik.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan susu, meskipun umum, tidak diadopsi secara universal oleh para petani awal ini.
Berfokus pada situs dan keramik dengan residu susu, para peneliti menghasilkan sekitar 30 penanggalan radiokarbon baru untuk memetakan munculnya eksploitasi susu oleh petani LBK. Tanggal-tanggal baru ini sesuai dengan pemukiman LBK paling awal selama pertengahan Milenium ke-6 SM.
Anggota tim penulis utama Profesor Evershed mengatakan: "Penelitian ini sangat signifikan karena memberikan wawasan baru tentang waktu perubahan besar dalam praktik pengadaan makanan manusia," kata Evershed.
"Saat mereka berkembang di seluruh Eropa. Ini memberikan bukti yang jelas bahwa makanan susu beredar luas di Neolitik Awal, meskipun ada variasi dalam skala aktivitasnya."
Studi ini dilakukan bekerja sama dengan ahli kimia dari Bristol University dan arkeolog dari University of Gdańsk, Paris 1, Strasbourg, Leiden, dan Adam Mickiewicz, Museum Kastil Dobó István, Historic England, dan LVR-State Service for Archaeological Heritage yang mengarahkan penggalian situs yang diteliti.
Source | : | PNAS,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR