Nationalgeographic.co.id—Dua sarkofagus utama yang ditemukan terkubur di bawah Katedral Notre-Dame digambarkan sebagai penemuan luar biasa dan emosional. Sarkofagus itu temukan setelah kebakaran yang menimbulkan kerusakan parah pada bangunan katedral pada 15 April 2019. Kini, para ilmuwan Prancis mulai menyingkap rahasia di balik sarkofagus misterius di Katedral Notre-Dame.
Makam-makam itu ditemukan sebagai bagian tersembunyi patung, pahatan, dan pecahan layar kayu asli abad ke-13 katedral. Semuanya terkubur di bawah lantai penyeberangan di jantung katedral yang dirusak oleh api pada April 2019.
Situs permakaman digambarkan oleh ilmuwan: "memiliki kualitas ilmiah yang luar biasa". Awalnya penggalian preventif dilakukan di bawah lantai tempat perancah berat akan didirikan untuk memasang menara baru katedral. "Saat penggalian dilakukan, ditemukanlah situs tersebut," tulis Kim Willsher di laman The Guardian.
Sementara sebagian besar harta ditemukan hampir 20 cm di bawah lantai katedral, sarkofagus timah berbentuk tubuh terkubur di kedalaman satu meter.
Le Cavalier, si penunggang kuda yang berpengalaman dan sang kanon katredral
Setelah dibuka oleh spesialis di Toulouse, ternyata berisi sisa-sisa seorang pria, mungkin berusia 30-an. Para peneliti memberinya nama "Le Cavalier". Sebab, tulang panggulnya menunjukkan bahwa ia adalah seorang penunggang kuda yang berpengalaman.
Tidak ada plakat nama di peti mati. Lubang di timah di sekitar kepala menunjukkan bahwa jenazah telah terpapar udara dan mengalami kerusakan parah.
Para ilmuwan terus memeriksa potongan-potongan kain dan bahan tanaman yang ditemukan di dalam peti mati. Menurut peneliti, sang penunggang kuda dibalsem – praktik langka di abad pertengahan – dan tampaknya telah dikubur dengan mahkota bunga.
Sebuah plakat kuningan pada sarkofagus timah kedua, juga terkena infiltrasi udara dan air dari banjir bersejarah Seine pada tahun 1910. Plakat itu menegaskan bahwa sarkofagus berisi sisa-sisa Antoine de la Porte. Ia adalah kanon (jabatan kehormatan) Katedral Notre Dame yang meninggal pada Malam Natal 1710, pada usia 83 tahun.
Eric Crubézy, profesor antropologi biologi di Universitas Toulouse III, yang mengawasi pembukaan sarkofagus, mengatakan bahwa kedua pria itu adalah orang penting. Pasalnya, tidak semua orang bisa dimakamkan di makam bergengsi di jantung katedral.
“Penunggang kuda itu diperkirakan menderita "penyakit kronis" yang telah menghancurkan sebagian besar giginya pada saat dia meninggal,” kata Crubézy. Dia mengalami akhir hidup yang sulit. Si kanon juga mengalami deformasi tengkorak yang disebabkan oleh pemakaian penutup kepala atau ikat kepala saat masih bayi.
Source | : | Guardian |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR