Nationalgeographic.co.id—Sebelum memunculkan narasi tentang "Mbok Semok", istilah "Mbok Mase" adalah yang paling populer di antaranya. Meski berkaitan dan memiliki sejumlah persamaan, Mbok Semok memiliki identitas tersendiri.
Istilah ini lahir di anatara pusaran perniagaan batik yang tengah naik daun di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Etos semangat kerja yang dikeluarkan oleh para pembatik wanita di lereng Gunung Lawu inilah yang dinamakan "Mbok Semok."
Desy Nurcahyanti bersama dengan Agus Sachari, Achmad Haldani Destiarmand dan Yan Yan Sunarya, menulis dalam Jurnal Panggung berjudul “Mbok Mase” dan “Mbok Semok”: Reinterpretasi Karakter Perempuan Jawa dalam Kultur Batik terbit pada 2021.
"Terdapat asumsi bahwa kemunculan Mbok Semok dengan inisiasi dan kesepakatan seluruh kelompok pengrajin batik di Girilayu, mendapat pengaruh dari para pengusaha batik di Laweyan," tulis Desy dan tim risetnya.
Kesepakatan untuk membangun identitas ini bermula di tahun 2016. "Pada tahun tersebut mereka dituntut oleh pemerintah setempat membuat pencitraan (branding) untuk produk batik buatan mereka," imbuhnya.
Satu kata yang menjadi kail dari istilah ini adalah kata "semok." Kata semok yang dimaksud tidak memiliki konotasi negatif bersifat seksualitas sebagai perempuan bertubuh padat pada bagian anggota tubuh tertentu.
Kata semok sebenarnya ditujukan untuk para perempuan pengrajin batik Girilayu yang mayoritas bertubuh gemuk, karena sebagian besar telah menjadi ibu dan melahirkan.
Terlepas dari isu body shaming, tubuh gemuk dalam representasi kajian antropologis berdasar dari kesuburan perempuan, karena telah melalui tahap reproduksi yang baik.
Makna “Mbok Semok” bagi para pengrajin batik Girilayu adalah suatu kekuatan dan semangat mengabdi untuk melanjutkan tradisi membatik yang ada di Girilayu.
Semok adalah wujud dari kemampuan perempuan perajin batik di Girilayu untuk berperan multifungsi sebagai ibu, guru, perajin, pengusaha, dan istri.
Baca Juga: Salah Kaprah Sejagat, Reog dan Batik Tidak Diklaim Negara Tetangga
Baca Juga: Batik Minangkabau: Selidik Dinamika Batik Tanah Liek dan Ragam Hiasnya
Baca Juga: Pelajaran Perjalanan: Karena Masyarakatnya, Surakarta Punya Cerita
Agar memudahkan konsumen batik, mereka menyepakati untuk mendesain logo Mbok Semok agar mudah diingat. Mereka membuat logo dengan stilasi perempuan yang tengah membatik kain.
Muncul ide dari para pembatik untuk mengembangkan motif batik yang menjadi ciri khas Girilayu “Mbok Semok”, dengan membangun karakter motif dengan nuansa warna sogan.
Reinterpretasi Mbok Semok untuk karakter perempuan Jawa adalah inovatif, yang sebelumnya didesain sebagai wilayah laki-laki. Etos perempuan-perempuan ini tidak identik dengan feminimitas, tetapi harmonisasi kelemah lembutan dengan keperkasaan.
Baik “Mbok Mase” maupun “Mbok Semok”, keduanya merupakan akumulasi dari nilai, sistem, norma, tata aturan, prinsip, semangat, dan idealisme dalam etos kultur perempuan dalam membatik.
Source | : | Jurnal Panggung |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR