Mumi Nazca
Sama seperti Inca, budaya Peru yang disebut Nazca juga mempraktikkan bentuk mumifikasi pengorbanan. Kepala yang terpenggal, terkadang dianggap sebagai piala perang, muncul dalam catatan arkeologi budaya kuno. Namun alasan munculnya kepala piala dan banyak barang kuburan tetap tidak jelas.
Seperti suku Inca, orang Nazca membungkus banyak mumi mereka sebelum dimakamkan. Pada tahun 2021, para arkeolog menemukan mumi Nazca berusia 800-1.200 tahun yang diikat dalam posisi janin dengan tali yang berat. Mengejutkan seperti ini, para arkeolog percaya itu adalah praktik penguburan di Peru Selatan dan tidak ada yang lebih menyeramkan. Bahkan, individu tersebut kemungkinan berpangkat tinggi karena ia dimakamkan dengan keramik, sayuran, dan peralatan batu. Sebuah moluska ditempatkan di luar kuburan sebagai persembahan makanan. Persembahan berlanjut selama bertahun-tahun, menunjukkan bahwa Nazca, seperti Inca, tidak melihat kematian sebagai akhir.
Baca Juga: Untuk Berkomunikasi dengan Osiris, Mumi Mesir Kuno Pakai Lidah Emas
Baca Juga: Temuan Mumi Burung di Gurun Atacama Chile Singkap Sisi Gelap Manusia
Orang Mesir kuno memiliki keuntungan dari teks sejarah yang mereka tinggalkan, terutama Kitab Orang Mati. Keyakinan peradaban Amerika Selatan lebih sulit untuk diuraikan. Pasalnya, pengetahuan tentang agama mereka tidak terbawa selama berabad-abad secara menyeluruh.
Orang Spanyol mencatat informasi tentang kerajaan Inca. Akan tetapi catatan mereka lebih fokus kepada masyarakat yang didominasi oleh peradaban seperti Inca memiliki sejarah yang lebih berbahaya.
Animisme merupakan bagian integral dari agama mereka, dengan inti sebagai dewa matahari dan Apu Illapu sebagai dewa pertanian. Dengan kekeringan yang melanda Inca secara berkala, Apu Illapu sering dikaruniai pengorbanan manusia yang ditemukan oleh para arkeolog. Mengingat kesamaan antara praktik mumifikasi Inca dan Nazca, mungkin ada beberapa kesamaan dalam keyakinan agama mereka.
Orang Mesir juga mempraktikkan politeisme dan secara teratur memberikan persembahan kepada mumi.
Jadi, mungkin ada perbedaan paling mencolok antara budaya Mesir dan Chinchorro. Mereka berbeda tidak hanya dalam metode pelestarian dan penguburan, tetapi juga dalam struktur sosial.
Masyarakat berskala besar berbagi beberapa kesamaan mengenai status, kekayaan, dan kekuasaan. Namun, Chinchorro, seperti kebanyakan pemburu-pengumpul, bersifat egaliter, dan ini tercermin dalam praktik muminya.
Namun pada akhirnya, gurun kering tulang di Amerika Selatan dan Mesir merancang pelestarian alam serupa bagi orang mati. Praktik ini menghantui penduduk daerah tersebut dan menimbulkan kepercayaan yang mengaburkan batas antara yang hidup dan yang mati.
Source | : | grunge.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR