Inggris tidak memonopoli Natal. Jerman mendapat kredit atas munculnya satu simbol Natal universal yaitu pohon Natal. “Tradisi ini berevolusi dari tradisi pagan mendekorasi dengan cabang-cabang pohon,” Blakemore menambahkan lagi.
Orang Jerman menyebut versi mereka adalah pohon pinus dalam ruangan yang dihiasi lilin dan hadiah, Tannenbaum. Tradisi tersebut mulai populer pada abad ke-19, ketika keluarga kerajaan Inggris, yang berasal dari Jerman, memasang pohon Natal. Sejak itu, tren global pun dimulai.
Orang Jerman juga menjadi pencetus banyak tradisi lain, seperti karangan bunga Advent, nutcracker, dan pasar Natal. Di sisi lain, Natal juga dibentuk oleh kekuatan politik di Jerman. Pada tahun 1930-an, Nazi berusaha mendefinisikan ulang hari raya tersebut sebagai perayaan Reich Ketiga non-Kristen.
Ketika Amerika Serikat jatuh cinta dengan Natal
Seperti di Inggris, kaum Puritan Amerika melarang Natal di Massachusetts pada tahun 1659. Larangan tersebut baru dicabut pada tahun 1681. Di Amerika Serikat, Natal awalnya tidak dirayakan dengan penuh semangat hingga akhirnya terjadi Perang Saudara. Perang Saudara akhirnya menekankan pada pentingnya rumah dan keluarga. Pada tahun 1870, setelah perang berakhir, Kongres menjadikan Natal sebagai hari libur federal pertama negara itu.
Sementara itu, ketika para imigran membanjiri Amerika Serikat pada paruh kedua abad ke-19. Mereka membawa serta tradisi dari kampung halamannya. Seperti yang ditulis sejarawan Natal William D. Crump dalam The Christmas Encyclopedia, ini menciptakan semacam wadah peleburan Natal. Asimilasi berbagai budaya menjadi liburan yang lebih seragam dan dirayakan secara luas di rumah bersama keluarga.
Salah satu ikon budaya yang dibawa oleh para imigran akan menjadi selebritas khas Amerika—Sinterklas.
Bagaimana St. Nicholas menjadi Sinterklas
Salah satu tokoh Natal modern yang paling populer adalah Sinterklas, Bapak Natal berperut buncit dan berjanggut putih. Ia kerap digambarkan sedang menggunakan kereta luncur yang digerakkan oleh rusa kutub. Sinterklas mengantarkan hadiah kepada anak-anak yang baik di seluruh dunia.
Karakter tersebut didasarkan pada St. Nicholas, seorang uskup Yunani abad ketiga yang dikaitkan dengan pemberian hadiah bulan Desember.
Baca Juga: Memori Natal Kita, Menonton Home Alone, Tegang Gregetan Tiap Adegan
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR