Nationalgeographic.co.id—Menentukan situs mana paling penting atau paling menarik di Mesir nyaris mustahil. Pasalnya, negara ini adalah harta karun situs kuno. Lembah Para Raja dan Piramida Giza merupakan dua situs yang paling diminati. Namun, Saqqara juga tidak kalah menariknya. Situs menakjubkan ini berfungsi sebagai pekuburan ibu kota Mesir kuno, Memphis. Di tempat ini, terdapat sejumlah piramida dan makam kerajaan yang mengesankan. Saqqara bukan sekadar kota kematian Mesir kuno tapi juga memiliki nilai ekonomi dan spiritual yang penting.
Lokasi Saqqara
Saqqara adalah salah satu situs kuno paling mengesankan di Mesir. Terletak kira-kira 30 kilometer selatan Kairo modern, Saqqara mencakup area seluas 7 kilometer kali 1,5 kilometer. Sebagian piramida di Saqqara berada dalam kondisi pelestarian yang buruk. “Ini menjadi salah satu alasan mengapa tempat ini tidak seterkenal Lembah Para Raja,” tulis Robbie Mitchell di laman Ancient Origins.
Lebih dari enam belas raja Mesir membangun piramida di Saqqara. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, situs tersebut menjadi kurang populer untuk permakaman kerajaan. Meski demikian, Saqqara tetap menjadi situs penting untuk pemakaman non-kerajaan dan upacara kultus penting selama lebih dari 3.000 tahun.
Saat ini, situs tersebut paling terkenal dengan Piramida Djoser, kompleks bangunan batu lengkap tertua yang diketahui. Tidak seperti piramida pada umumnya, Piramida Djoser memiliki bentuk berundak-undak.
Saqqara di awal dinasti
Sejarah Saqqara dimulai sejak Zaman Perunggu selama periode dinasti pertama Mesir kuno. Kapan tepatnya periode ini mulai menjadi bahan perdebatan para sejarawan. Namun diperkirakan, Zaman Perunggu dimulai antara abad ke-30 dan ke-34 Sebelum Masehi.
Selama periode ini, area permakaman utama kerajaan berada di Abydos, tetapi Saqqara digunakan untuk pemakaman para bangsawan penting. Pada Dinasti Kedua (2890-2686 Sebelum Masehi), Saqqara digunakan untuk permakaman kerajaan.
Misalnya, Khasekhemwy memiliki pemakaman utamanya di Abydos tetapi juga memiliki monumen penguburan besar yang dibangun di Saqqara, Gisr El-Mudir. Makam ini diyakini sebagai salah satu struktur batu tertua yang ditemukan di Mesir.
Ini mengilhami penguasa dinasti awal lainnya untuk mengikutinya dan membangun monumen untuk diri mereka sendiri di situs tersebut. Baik Raja Hotepsekhemwy (atau mungkin Raneb) dan Raja Nynetjer juga memiliki makam yang mengesankan di Saqqara.
Pasang surut Saqqara di masa Kerajaan Lama
Kerajaan Lama (2686-2125 Sebelum Masehi) merupakan masa pasang surut Saqqara. Kompleks pekuburan Raja Djoser dibangun di sana selama Dinasti Ketiga (2670-2650 Sebelum Masehi). Kemudian, hampir semua raja Dinasti Keempat memilih lokasi yang berbeda untuk piramida mereka, mungkin tidak ingin bersaing dengan Djoser.
Pada Dinasti Kelima dan Keenam dari paruh kedua Kerajaan Lama, pekuburan Saqqara kembali disukai sebagai tempat permakaman kerajaan. “Namun, konstruksi raja-raja belakangan ini tidak semenarik pendahulunya,” imbuh Mitchell.
Piramida di Saqqara menampilkan contoh teks piramida paling awal yang diketahui. Prasasti berisi petunjuk kehidupan setelah kematian yang digunakan untuk menghiasi dinding makam penting. Makam penguasa Dinasti Kelima terakhir, Unas, adalah yang pertama menampilkan dekorasi ini.
Selama periode ini, para abdi dalem juga biasa dimakamkan di samping raja mereka. Saqqara memiliki gugusan makam pribadi yang mengelilingi kompleks piramida Unas dan Teti. Selama Kerajaan Lama, banyak makam dibangun di Saqqara.
Piramida Djoser
Monumen paling mengesankan yang dapat ditemukan di Saqqara mungkin adalah Piramida Djoser. Piramida enam tingkat, empat sisi ini dibangun pada abad ke-27 Sebelum Masehi oleh arsitek Imhotep, kanselir Djoser.
Fakta bahwa Djoser berhasil membangunnya menunjukkan betapa kuatnya orang Mesir di masa itu. Konstruksi piramida akan menuntut tingkat tenaga kerja dan sumber daya yang hanya dapat dikumpulkan oleh beberapa raja sebelum Djoser.
Piramida Terkubur Sekhemkhet
Piramida membutuhkan waktu lama untuk dibangun dan tidak selalu selesai pada saat kematian sang raja. Salah satunya adalah piramida Sekhemkhet. Piramida Sekhemkhet sebenarnya tidak pernah selesai; nyatanya, para pembangun tidak pernah membangun lebih dari undakan terendahnya.
Diperkirakan arsitek piramida itu sama dengan Djoser, Imhotep. Arkeolog percaya Imhotep ingin menciptakan hal yang lebih besar daripada Piramida Djoser. Jika selesai, piramida ini akan jauh lebih besar dari milik Djoser.
Piramida Userkaf
Piramida Userkaf adalah salah satu yang menampilkan inti puing. Terletak tepat di utara piramida berundak Djoser, saat ini Piramida Userkaf lebih mirip bukit alih-alih piramida.
Piramida ini memiliki desain yang berbeda dengan piramida pendahulunya. Tampaknya daripada fokus mengalahkan piramida pendahulunya dalam ukuran, Userkaf memilih untuk fokus mengalahkan mereka dalam keagungan. Meski ukurannya tidak sebesar piramida lain di Saqqara, Piramida Userkaf termasuk yang paling mewah dekorasinya.
Piramida Unas
Sama piramida Userkaf, piramida Unas tidak terlalu mengesankan jika dilihat dari bagian luarnya. Piramida ini lebih menyerupai bukit alih-alih makam kerajaan yang elegan. Namun, bagian dalamnya adalah cerita yang berbeda. Saat pertama kali dimasuki pada tahun 1881, Piramida Unas terbukti menjadi penemuan yang signifikan.
Di dalamnya terdapat serangkaian teks yang menutupi dinding, yang sekarang dikenal sebagai teks piramida. Di dalam ruang permakaman, sisa-sisa mumi yang tidak lengkap ditemukan. Hanya tengkorak, tulang kering kanan, dan lengan kanan yang tersisa. Karena kondisinya yang memprihatinkan, tidak jelas apakah itu sisa-sisa Unas atau bukan.
Kompleks Piramida Teti
Dinasti keenam melihat pergeseran keseimbangan kekuasaan di Mesir kuno. Selama masa pemerintahan Teti, para pejabat mulai membangun monumen pekuburan yang menyaingi Firaun mereka. Piramida Teti sangat erat kaitannya dengan makam para pejabatnya, yang menyaingi kemegahan piramida Teti. Ambil contoh, salah satu pejabat Teti yang membangun mastaba besar yang mencakup 32 kamar yang didekorasi dengan mewah.
Saat ini, piramida tidak terlalu menarik untuk dilihat dari luar. Bagian luarnya tidak terpelihara dengan baik dan, seperti Mesir lainnya pada masa itu, menyerupai bukit kecil. Namun, interiornya dalam keadaan yang jauh lebih baik dan koridornya yang didekorasi dengan elegan. Ini memberikan gambaran kepada para sejarawan tentang kehidupan di masa lalu.
Kompleks Piramida Pepi II
Pemerintahan Pepi II berlangsung lama dan ini tercermin dalam kompleks piramidanya. Piramidanya sendiri relatif sederhana dibandingkan dengan pendahulunya.
Meskipun bagian luar piramida Pepi II mungkin tidak terlalu menarik, hal yang sama tidak berlaku untuk bagian dalamnya. Mengikuti jejak para pendahulunya, Pepi tampaknya lebih memilih untuk fokus pada dekorasi makamnya. Langit-langit ruang pemakamannya dihiasi dengan bintang-bintang dan dindingnya dilapisi dengan bagian-bagian dari teks piramida.
Mantra magis ini dimaksudkan untuk melindungi orang mati, tetapi tampaknya tidak berhasil. Sarkofagus hitam besar yang ditemukan di tengah ruang pemakaman itu kosong ketika ruang itu pertama kali dimasuki pada tahun 1926. Dari 800 teks piramida yang ditemukan sejauh ini, ruang Pepi memiliki 675.
Saqqara di era Kerajaan Tengah
Saqqara mengalami periode penurunan selama Kerajaan Pertengahan. Sejak saat itu, Memphis bukan lagi ibu kota Mesir kuno. Maka, para firaun cenderung membangun makam mereka di tempat lain.
Selama periode ini, hanya Piramida Raja Khendjer (Dinasti Ketiga Belas) dan piramida raja tak dikenal yang dibangun. Piramida Khendjer awalnya berdiri pada ketinggian 37 meter yang relatif sederhana, sayangnya, sekarang sudah hancur total. Itu diyakini sebagai satu-satunya piramida yang diselesaikan selama dinasti ke-13 Kerajaan Baru
“Saqqara menjadi saksi bisu kebangkitan selama Kerajaan Baru,” ujar Mitchell. Setelah periode Amaran, Memphis menjadi ibu kota dan merupakan pusat militer dan administrasi yang penting. Sejak Dinasti Kedelapan Belas dan seterusnya, pekuburan Saqqara adalah rumah bagi banyak makam pejabat tinggi.
Sebelum Horemheb menjadi firaun dan masih menjadi jenderal berpangkat tinggi, dia membangun sebuah makam besar di Saqqara. Tapi setelah menjadi raja, ia dimakamkan di Lembah Para Raja.
Selain Horemheb, makam penting lainnya dibangun selama periode ini, termasuk wazir Aperel, wazir Nerronpetm, seniman Thutmose, dan pengasuh kerajaan Tutankhamun, Maia.
Baca Juga: Ada Lebih dari Satu Cleopatra di Mesir Kuno, Siapa Saja Mereka?
Baca Juga: Anjing, Sahabat Orang Mesir Kuno yang Diasosiasikan dengan Anubis
Baca Juga: Penemuan Dua Potret Wajah Mumi Mesir Kuno di Kota Cinta Persaudaraan
Di masa ini, monumen Saqqara yang lebih tua masih berdiri tetapi sudah agak rusak. Putra firaun Rameses II, Pangeran Khaemweset, melakukan perbaikan pada banyak monumen yang lebih tua. Dia memperbaiki Piramida Unas dan menambahkan prasasti di sisi selatannya yang menyoroti upaya pemulihannya.
Pasca-Kerajaan Baru
Pada periode setelah Kerajaan Baru, ibu kota Mesir berpindah-pindah di antara beberapa kota yang berbeda. Tetapi Saqqara tetap menjadi tempat permakaman bangsawan yang penting. Tidak hanya pekuburan, Saqqara juga menjadi pusat keagamaan dan situs ziarah penting bagi mereka yang ingin mengunjungi pusat pemujaan. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi Saqqara sebagai situs permakaman pun berubah menjasi situs keagamaan.
Mungkin agak sulit untuk memahami betapa mengesankannya sebuah situs Saqqara. Namun dengan sejarah panjang yang membentang, nilai historisnya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Bahkan hingga abad ke-21, ahli Mesir Kuno masih membuat penemuan penting di situs tersebut. Alih-alih menjadi kuburan belaka, situs tersebut telah ditemukan sebagai pusat ekonomi dan spiritual.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR