Dalam buku Chinese Symbolism & Art Motifs, C.A.S. Williams mencatat bahwa masing-masing dari sembilan naga mewakili karakteristik dan nilai yang berbeda. “Misalnya, satu naga mewakili air, sementara yang lain mewakili musik,” tambah Markarian. Penggunaan naga tertentu dalam arsitektur Tionghoa menunjukkan jenis energi atau tujuan suatu tempat.
Naga digambarkan dalam warna berbeda untuk tujuan simbolis yang berbeda. Naga kuning, misalnya, adalah lambang kebangsawanan. Sedangkan naga merah biasanya dipandang sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran.
Seni naga
Penggunaan naga dalam seni Tionghoa sudah ada sejak awal mula peradaban Tiongkok itu sendiri. Penggambaran makhluk ini dapat ditemukan di hampir semua media, mulai dari patung hingga lukisan.
Seperti disebutkan sebelumnya, naga dapat mewakili banyak sekali hal, tergantung bagaimana mereka digambar. Dalam jurnal The Bulletin of the Cleveland Museum of Art, J. Keith Wilson menjelaskan bahwa naga yang terbang menuju langit sering kali melambangkan “kejantanan yang kuat”.
Naga juga merupakan anggota kelima dari shio atau zodiak. Orang yang lahir di tahun naga dikatakan memiliki sifat-sifat naga yang dipuja, termasuk kecerdasan, kebanggaan, dan ambisi.
Makhluk ilahi yang maha benar
Dalam budaya barat, naga secara historis dipandang sebagai makhluk yang mengerikan. Misalnya, dalam puisi epik Inggris kuno Beowulf, naga adalah makhluk yang kejam dan rakus yang menimbun harta.
Namun, dalam budaya Tionghoa, naga tidak pernah dianggap sebagai musuh, menurut New World Encyclopedia. Sebaliknya, mereka disembah sebagai ilahi dan maha benar.
Naga Tionghoa juga memiliki banyak karakteristik terhormat. Selain keberuntungan dan kebangsawanan, naga dianggap sebagai makhluk maha kuasa yang menawarkan kebijaksanaan dan perlindungan kepada rakyatnya.
Karena arti pentingnya, setiap rumah juga memiliki simbol naga untuk memberikan perlindungan dan membawa keberuntungan.
Baca Juga: Kaisar Tiongkok Yu Menjinakkan Bencana Banjir Bandang Sungai Kuning
Source | : | Reader's Digest |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR