Mungkin merkuri yang dilaporkan mengisi ruang pemakaman yang membuat para perampok makam berpikir ulang. Merkuri adalah racun saraf yang berpotensi mematikan, terutama ketika menguap dan terhirup.
Menurut catatan Sima Qian, merkuri digunakan untuk membuat aliran sungai dan laut di dalam makam. Jika benar, sejumlah besar merkuri dibutuhkan untuk itu. Jadi, bisa dibayangkan bahwa makam tersebut adalah lingkungan yang sangat beracun.
Beberapa analisis tanah di daerah tersebut menunjukkan tingkat merkuri yang luar biasa tinggi di bawah gundukan pemakaman.
Pada saat penemuan, beberapa penduduk setempat memperingatkan bahwa mengganggu relik dapat membawa kutukan bagi desa mereka. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman para petani yang menemukan lokasi mausoleum. Dilansir dari South China Morning Post, dua dari petani itu meninggal karena penyakit yang tidak terdiagnosis. Salah satunya mengalami penyakit kulit yang menyebabkan tubuhnya busuk, sedang yang lainnya tiba-tiba merasa kesakitan.
Padahal, para petani itu tidak mendekati ruang makam yang dikatakan sarat dengan merkuri. Benarkah ini kutukan sang kaisar pertama? “Kami tidak tahu apa yang membunuh mereka. Penemu lain bunuh diri pada usia 60 tahun,” kata salah satu petani pada South China Morning Post.
Kekhawatiran penduduk desa di sekitar makam Kaisar Qin Shi Huang
Yang akhirnya paling menghantui penduduk desa bukanlah kutukan kaisar. Mereka justru lebih takut akan kutukan pejabat rakus yang menghancurkan desa untuk dijadikan tempat wisata.
“Pemerintah telah merampas tanah dan mata pencaharian masyarakat. Mereka tidak menyisakan apa-apa,” jelas Kierst.
Baca Juga: Kisah Kaisar Tiongkok Fu Sheng, Tiran Bermata Satu nan Kejam
Baca Juga: Bebas Melakukan Apa Saja, Ini Daftar 'Kegilaan' para Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Hilangnya Simbol Mandat dari Surga Milik Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang
Baca Juga: Han Cheng, Kaisar Tingkok Kuno Mati Akibat Overdosis Obat Kuat
Beberapa pejabat mendukung pembukaan segel makam karena nilai wisatanya. Namun tidak peduli seberapa besar potensi ekonominya, ruang makam yang sebenarnya kemungkinan besar akan tetap tertutup di masa mendatang.
“Membiarkan Qin Shi Huang beristirahat dalam damai selamanya. Itulah yang paling ideal,” kata mantan direktur museum Yuan Zhongyi dalam sebuah wawancara dengan Outlook Weekly.
Tapi bukan hanya menghormati orang mati yang membuat para ahli tidak membuka segel makam. Yuan juga menunjukkan bahwa gundukan kuburan itu sendiri merupakan peninggalan budaya yang harus dilindungi. Makam memiliki lapisan demi lapisan tanah yang dibangun untuk membuat segel yang rapat. Selain itu, teknologi yang diperlukan untuk melestarikan isinya mungkin belum tersedia.
Mungkin generasi mendatang menemukan cara mengeksploasi dengan aman. “Sehingga kita bahkan tidak perlu menggali makam sama sekali,” harap Yuan.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR