Dari mana asal tanaman teh pun masih diperdebatkan. Teh memang banyak tumbuh di daerai Fujian, Guangdong, dan Zhejiang. Tanaman ini diduga datang dari daerah India Utara pada abad ke-6 serta telah menjadi minuman di seantero Negeri Tiongkok pada abad ke-9.
Joh. H. Plath menyebutkan bahwa teh ditanam di Tiongkok selatan, dibawa masuk ke Tiongkok oleh biarawan Buddha. Para biarawan itu memerlukan teh sebagai minuman penguat stamina lantaran mereka dituntut untuk berdoa terus-menerus tanpa tidur panjang.
Seorang ahli botani asal Belanda, Ir. J. H. van Emden menyebutkan bahwa pohon teh berasal dari daratan benua Asia yang berada di daerah antara garis lintang utara 25-35 derajat dan garis bujur antara 90-105 derajat, tepatnya di daerah Thailand, Vietnam, juga di sekitar aliran Sungai Yang Zi di Tiongkok, Sungai Mekong Vietnam, Sungai Irawaddy di India.
Baca Juga: Benarkah Teh Jadi Penyebab Perang Candu antara Tiongkok dan Inggris?
Baca Juga: Upaya Inggris Mematahkan Monopoli Teh oleh Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Rutin Minum Teh atau Kopi Melindungi Wanita dari Patah Tulang Panggul
Baca Juga: Keluarga Kerkhoven dan Bosscha, Dinasti Teh Belanda di Priangan
Pada umumnya minuman teh dibagi dalam beberapa jenis. Teh hijau (lü cha 录茶), teh merah (hong cha 红茶), teh wulung/oloong (wu long cha 无龙), dan teh bunga (hua cha 花茶).
Tak heran pada masa Dinasti Tang, teh pun menyebar ke pelbagai tempat di dunia melalui jalur sutera. Pada 1636, VOC mulai mengangkut teh dari Tiongkok ke Batavia dan Eropa. Bahkan sejak 1664, British East India Company mulai membeli teh dari negeri tersebut.
Di Indonesia, teh pun bukan barang baru dalam menu kuliner. Sebagian orang Indonesia menganggapnya sebagai minuman kebanggaan atau bahkan sekedar minuman pendorong santapan. Kegandrungan akan teh ini telah membuat teh menjelma dalam pelbagai kemasan dan rasa hasil modifikasi.
Awalnya orang harus berpayah-payah memetik daun teh dan mengolahnya. Namun, kini setiap saat minuman teh bisa dinikmati dari balik lemari pendingin sebuah minimarket atau kotak penjual aneka minuman kemasan di tepian jalan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR