Nationalgeographic.co.id—Zhu Yuanzhang (1328 — 1398), dihormati sebagai Kaisar Taizu atau Kaisar Hongwu. Pendiri Dinasti Ming dari Kekaisaran Tiongkok ini harus menghadapi jalan berliku untuk menjadi Kaisar Tiongkok, sang Putra Surgawi. Meski mengalami masa kecil yang sulit, Taizu membawa kemakmuran bagi rakyat Tiongkok. “Kaisar Taizu melembagakan reformasi militer, administrasi, dan pendidikan yang berpusat pada kaisar,” tulis David B. Chan di laman Britannica.
Masa kecil yang sulit
Terlahir dari keluarga miskin, Zhu bekerja sebagai petani di keluarga kaya. Ketika dia berusia 15 tahun, orang tua dan kakak laki-lakinya meninggal karena kelaparan dan penyakit. Setelah menguburkan mereka, Zhu berpisah dengan saudara laki-lakinya yang lain dan berusaha untuk bertahan hidup.
Mengutip dari China Fetching, Zhu menjadi biksu di sebuah kuil Huangje dan mempelajari keterampilan membaca serta menulis. “Ini merupakan jalan yang lazim ditempuh oleh orang di masa itu agar terhindar dari kelaparan,” tambah Chan.
Belakangan, kuil tidak mampu lagi memberi makan untuk para penghuninya. Jadi Zhu muda dan biksu lainnya mulai meminta-minta makanan.
Tiga tahun hidup mengemis ke penjuru negeri
Zhu kemudian meminta-minta makanan di berbagai tempat di Tiongkok selama tiga tahun. Pada saat itu, kekuasaan Dinasti Yuan mengalami penurunan, ditambah bencana alam dan ketidakadilan rasial selama bertahun-tahun. Banyak pasukan telah bertempur dalam waktu yang lama. Bandit menjarahi orang kaya dan membagi-bagikan hasilnya pada orang miskin yang kelaparan.
Selama tiga tahun berjalan mengelilingi, Zhu melihat banyak orang yang terluka, lapar, tunawisma, dan mati. Selain itu, ia menyaksikan perlakuan kejam terhadap warga miskin serta perkelahian dan pertumpahan darah tiada henti.
Bergabung dengan pasukan pemberontak dan menikah
Ketika dia berusia 25 tahun, Zhu diajak untuk bergabung dengan pasukan pemberontak. Ia pun resmi menjadi tentara dan meninggalkan kuil. Namanya diubah menjadi Zhu Yuanzhang, ia dengan cepat mendapatkan kenaikan pangkat.
Sebagai prajurit biasa, dia tak kenal takut dan cerdas. Berkat kemampuan membaca dan menulis, Zhu dipromosikan untuk menjadi pemimpin kelompok yang terdiri dari sepuluh prajurit. Kagum akan semangatnya, Jenderal Guo menjodohkannya dengan putri angkatnya, Ma Xiuying.
Meski dijodohkan, wanita ini adalah cinta dalam hidupnya dan menemaninya sepanjang waktu. Sang istri terus berada di sampingnya sejak ia menjadi prajurit biasa hingga kaisar Tiongkok.
Kembali ke kampung halaman untuk membentuk pasukan
Kemudian, dia kembali ke kampung halamannya dan merekrut pasukan pertamanya dengan sekitar 700 orang. Mereka adalah teman masa kecilnya, pengungsi, dan para tentara gagal.
Karena tidak ada prajuritnya yang profesional, Zhu Yuanzhang menghabiskan banyak waktu untuk melatih pasukannya. Ia pun berhasil. Selama waktu ini, dia bertemu dan merekrut para jenderal dan pejabat Dinasti Ming yang paling penting dan luar biasa.
Di saat yang sama, Zhu dan istrinya mengadopsi banyak anak, beberapa di antaranya menjadi perwira yang luar biasa. Dibantu oleh pejabat-pejabat yang cerdas dan prajurit-prajurit pemberani, pasukannya terus menang.
Dinasti Ming terbentuk
Zhu Yuanzhang bukan hanya seorang jenderal yang luar biasa tetapi juga seorang pemimpin yang bijaksana.
Alih-alih merampas makanan warga sipil untuk tentaranya, ia meminta pasukannya untuk bertani. Mereka bahkan membantu masyarakat untuk membangun proyek pemeliharaan air. Alhasil, ia mendapat dukungan rakyat dan prajuritnya menjadi lebih bertanggung jawab, kompetitif, dan disiplin.
Setelah perang sengit selama bertahun-tahun, Zhu Yuanzhang mengalahkan pasukan pemberontak di Tiongkok selatan dan mendirikan Dinasti Ming. Kemudian, dia melanjutkan perjalanannya ke utara, dengan dalih mengusir pengembara dan memulihkan pemerintahan leluhur. Tindakannya menginspirasi sebagian besar orang Han utara yang masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Yuan.
Beberapa bulan setelah berdirinya Dinasti Ming, pasukan Zhu Yuanzhang berbaris menuju ibu kota Kekaisaran Yuan, Beijing. Kaisar terakhir Dinasti Yuan, Toghon Temür, membawa rakyatnya dan melarikan diri ke utara setelah membaca ramalan dari bintang-bintang. Kemudian, Dinasti Ming menempati sebagian besar tempat di Tiongkok di selatan Tembok Besar.
Perang melawan sisa-sisa pengikut Dinasti Yuan
Pelarian Kaisar Toghon Temür menyelamatkan sebagian besar rakyatnya dan pasukan kavaleri Mongolia mereka yang kuat. Sehingga mereka bisa membangun pemerintahan lain, Yuan Utara, di sisi utara Tembok Besar.
Oleh karena itu, dalam 26 tahun berikutnya, Zu memulai delapan perang Ekspedisi Utara melawan pemerintah baru ini. Pasukan Mongol pun kalah dan mundur. Bahkan mereka kehilangan kendali atas Dataran Tinggi Mongolia.
Kebijakan Kaisar Taizu yang membawa kemakmuran
Pada awal tahun 1368, Zhu akhirnya memproklamasikan dirinya sebagai kaisar Dinasti Ming, mendirikan ibu kotanya di Nanjing. ”Selain Kaisar Taizu, ia dikenal juga dengan sebutan Kaisar Hongwu,” ungkap Chan.
Sebagai salah satu kaisar paling luar biasa dalam sejarah Tiongkok, kebijakan dan pemerintahan Kaisar Taizu memiliki karakteristik unik. Pernah mengalami hidup miskin dan harus mengemis, pendiri Dinasti Ming itu benar-benar peduli dengan kesejahteraan rakyat.
Salah satu sistem kesejahteraan terbaik dalam sejarah Tiongkok diciptakan di bawah pemerintahannya.
Saat itu, pemerintah menawarkan pengobatan gratis, asuh, rumah, dan makam. Orang yang berusia di atas 70 tahun dan orang yang menghormati orang tuanya dapat memperoleh makanan dan uang. Bahkan orang tua tanpa anak akan diasuh oleh pemerintah.
Secara ekonomi, Kaisar Taizu membebaskan atau menurunkan pajak, mendorong pertanian, dan membangun banyak sistem irigasi nasional. Ia menerapkan aktivitas imigrasi besar-besaran, yang menyamakan populasi utara dan selatan.
Baca Juga: Xuan, Dibesarkan di Penjara Hingga Jadi Kaisar Tiongkok Hebat
Baca Juga: Guang Wu, Kaisar Tiongkok Dinasti Han Punya Ilmu Magis untuk Bertempur
Baca Juga: Bagaimana Awal Mula Kaisar Tiongkok Disebut Putra Surgawi oleh Rakyat?
Baca Juga: Wang Mang, Kaisar Tiongkok Dimutilasi Akibat Menyusahkan Rakyat
Sementara itu, ujian kekaisaran dan banyak etiket Han yang dihapuskan pada Dinasti Yuan ditegakkan kembali. Banyak orang cerdas dari keluarga berpenghasilan rendah dipilih dan didukung untuk belajar di perguruan tinggi nasional.
Kebencian Kaisar Taizu pada korupsi
Ciri khas lain dari pemerintahannya adalah kebenciannya yang besar terhadap korupsi.
Sebagai seorang kaisar, Taizu sangat hemat dan rajin. Ia bahkan berusaha “menularkan” gaya hidupnya pada para pejabatnya. Ia meyakini bahwa penderitaannya saat masih kecil disebabkan oleh pejabat yang tamak dan korup.
Setelah menjadi kaisar, Taizu meningkatkan kekuasaan terpusat dan memerangi korupsi dengan hukuman yang sangat berat. Konon sekitar 150.000 pejabat dijatuhi hukuman mati karena korupsi.
Untuk mengawasi, Taizu mendorong warga sipil untuk belajar tentang undang-undang dan ketentuan khusus mengenai hukuman pejabat korup. Di masanya, warga sipil bisa menuntut pejabat langsung ke kaisar atau menteri atasan lainnya.
Bagi Kaisar Taizu, kepentingan warga sipil di atas birokrat. Semua pejabat merupakan pelayan alih-alih penguasa yang memiliki hak istimewa.
Selama 31 tahun masa pemerintahannya, dia membawa kehidupan yang makmur dan stabil bagi rakyatnya.
Kaisar Taizu terkadang dikritik karena kekejamannya dalam membantai pejabat korup. Namun, ia menahan kekuatan kelas penguasa karena kepeduliannya pada rakyat. Ini menjadikan Kaisar Taizu sebagai seorang pemimpin luar biasa dalam sejarah Tiongkok.
Setelah kematiannya, kebijakan ketatnya yang ditujukan untuk menahan pejabat secara bertahap dihapuskan. Mungkin sebagian besar kaisar masih menganggap dirinya sebagai sekutu birokrasi, yang merupakan bantuan penting dalam pemerintahan mereka.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR