Nationalgeographic.co.id—Sosial media sempat ramai dengan pernyataan bahwa kenaikan air laut disebabkan perubahan iklim adalah fakta yang meragukan. Salah satunya Tifauzia Tyassuma lewat akun twitternya mengatakan, pelelehan es di kutub tidak menyebabkan air laut naik, Agustus 2022.
Dia mengibaratkannya dengan es batu yang meleleh di dalam gelas berisi teh. Teh tidak akan mengubah volume air, tidak membuatnya tumpah dari gelas. Namun, benarkah bahwa pelelahan es di kutub tidak membuat kenaikan muka laut global?
Mengetahui ancaman kenaikan air laut akibat es yang mencair dalam perubahan iklim penting diketahui. "Memproyeksikan hilangnya massa secara akurat dari lapisan es adalah kepentingan masyarakat yang kritis," terang para peneliti di jurnal The Cryosphere, Desember 2021. Penelitian itu dipimpin oleh Andy Aschwanden dari Geophysical Institute, University of Alaska Fairbanks, AS.
Penelitian mereka mengungkapkan berbagai kerugian secara sosio-ekonomi dalam model iklim. Yang paling umum adalah abrasi pesisir yang mengancam banjir pada musim hujan atau gelombang pasang. Akibatnya berdampak pada masyarakat nelayan.
Ada banyak penelitian ilmiah dari berbagai jurnal. Tidak mudah bagi ilmuwan untuk mengungkap fakta bahwa es di kutub mencair, mengakibatkan peningkatan air laut. Sebab, ada berbagai indikator yang harus diperhitungkan dan metode ilmiah, yang diterapkan secara berbeda-beda.
Akan tetapi, mereka memiliki jawaban yang sama: bahwa benar adanya kenaikan air laut akibat penurunan jumlah es di kutub. Berbagai metode itu digunakan untuk memproyeksikan, seberapa jauh air laut bisa menenggelamkan daratan ketika es terus mencair akibat perubahan iklim.
Karena hasil jawaban yang berbeda dalam membaca prediksi atau sejauh mana air laut akan menenggelamkan daratan, para ilmuwan menyebutnya sebagai ketidakpastian.
Sejak 1980-an, para peneliti menemukan adanya penurunan jumlah es di kutub, meleleh sebagai limpasan air di laut sekitarnya. Penelitian lain di One Earth tahun 2020 juga menegaskan bahwa hilangnya massa dari gletser dan lapisan es menjadi kontributor tahunan yang besar untuk kenaikan air laut. Suhu yang semakin memanas di atmosfer kutublah yang memicu pelelehan tersebut.
Pada tahun 2019, untuk mengatasi ketidakpastian dari berbagai macam hasil penelitian, IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) membuat proyeksi. Proyeksi itu dilakukan oleh para ilmuwan dari seluruh dunia.
Mereka memperkirakan bahwa peningkatan air laut akan mencapai 1,10 meter pada tahun 2100 dari titik awal di tahun 1950. Peningkatan terjadi jika pemanasan melebih empat derajat Celsius.
Namun, kenaikan air laut di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, kenaikan permukaan laut bisa mencapai 10-100 meter, jika es kutub dengan ketebalan 1000 meter mencair. Di negara lain, bisa berbeda.
Source | : | Science Direct,National Geographic Indonesia,PLOS ONE,Elsevier |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR