Jawaban untuk pertanyaan ini sebagian tergantung pada berapa banyak orang yang dapat bekerja dari rumah.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebelum pandemi Covid-19, diperkirakan 8% dari tenaga kerja global bekerja secara eksklusif atau terutama dari rumah. Tentu ada perbedaan persentase besar antara masing-masing negara.
Baca Juga: WFH Tiga Hari Sepekan Lebih Hemat Energi dari Beralih ke Mobil Listrik
Baca Juga: Pengalaman WFH Ternyata Tidak Sama Pada Pasangan Suami Istri
Baca Juga: Selidik Lempeng Tembaga Mengubah Karbon Dioksida Menjadi Bahan Bakar
Baca Juga: Menyulap Limbah Padi Indonesia Menjadi Energi Listrik Berbiaya Rendah
Misalnya, sekitar 5% pekerja di Tiongkok bekerja dari rumah, dibandingkan dengan 14% di Belanda.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Jonathan Dingel dan Brent Neiman di University of Chicago serta penelitian oleh Organisasi Perburuhan Internasional dan lainnya, diperkirakan bahwa sekitar 20% pekerjaan secara global berpotensi dilakukan dari rumah.
Ini berkisar dari sekitar 10% di Afrika sub-Sahara hingga lebih dari 45% di negara-negara Eropa terkaya. Secara keseluruhan, ada korelasi positif antara potensi untuk bekerja dari rumah dan PDB per kapita.
"Ini mencerminkan perbedaan dalam struktur ekonomi dan pekerjaan negara-negara, serta kesiapan digital (misal akses internet broadband, kepemilikan komputer), dan faktor struktural lainnya (misal situasi perumahan, jenis pekerjaan berbasis rumah lainnya)," tulis Crow dan Millot.
Bekerja dari rumah biasanya akan mengurangi permintaan energi bersih untuk rumah tangga yang bepergian dengan kendaraan bermotor. Tetapi untuk orang yang mengambil transportasi umum, kemungkinan akan meningkatkan permintaan energi bersih, meskipun perbedaan regional dan musiman signifikan.
"Namun, dengan mempertimbangkan hal ini, kami menemukan bahwa selama tahun rata-rata, energi keseluruhan yang dihemat sebagai akibat dari perjalanan yang lebih sedikit masih sekitar empat kali lebih besar dari peningkatan konsumsi energi perumahan," simpul mereka.
Source | : | International Energy Agency |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR