Nationalgeographic.co.id - Abad ke-17 adalah masa paling megah dalam Kekaisaran Ottoman. Pada abad ini pula literatur Kekaisran Ottoman berkembang pesat. Salah satu karya sastra tersohor pada abad ini adalah milik Evliya Çelebi.
Evliya Çelebi (1611-1682) ialah seorang pengembara. Dalam perjalanan hidupnya, Çelebi mempelajari bahasa Arab, Persia, Yunani, dan Latin, serta menghafal Al-Qur'an. Ia juga mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Istanbul hingga usia 25 tahun.
Çelebi tergolong seseorang yang sangat eksentrik, ia tidak dapat menahan hasratnya untuk bepergian. Jadi, ia memulai perjalanannya meliputi 257 kota, pergi dari satu negeri ke negeri lain, dan menghabiskan 51 tahun dari 71 tahun masa hidupnya dalam perjalanan.
Ia mengabadikan seluruh peristiwa yang terlihat, dengar, dan alami dalam bahasa aslinya. Çelebi mengungkapkan gayanya yang menarik dalam karyanya bertajuk Seyahatname (“Buku Perjalanan”).
Buku setebal 4.000 halaman dalam 10 volume ini adalah salah satu sumber paling unik dalam sejarah dunia.
Çelebi mengaitkan awal perjalanannya dengan sebuah mimpi. Pada suatu waktu, ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad di sebuah masjid dengan jamaah yang ramai.
Ia menjadi bersemangat dan berkata, "Seyahat ya Resulullah," yang berarti "Buatlah aku Bepergian Nabi Muhammad," bukannya mengatakan "Şefaat ya Resulullah," yang berarti "Perantarai aku, Nabi Muhammad."
Nabi Muhammad tersenyum dan memberinya kabar baik tentang syafaat dan perjalanan. Berbekal hal itu, Çelebi mulai mengawali langkahnya.
Perang penyihir
Para sejarawan sepakat bahwa buku Çelebi, yang telah menjadi subjek berbagai penelitian, perlu dibaca dengan cermat.
Lima puluh persen harus disaring karena Çelebi mencatat semuanya di bukunya, tanpa melihat mana yang benar atau mana yang salah.
Kebekuan seekor kucing yang melompat dari satu atap ke atap lainnya dan seorang gadis perawan yang melahirkan seekor gajah adalah contohnya.
Namun, Çelebi mempunyai kisah untuk diceritakan tentang segala hal, termasuk tentang dunia sihir. Ia juga menggambarkan jimat, ilmu sihir, dan ahli sihir yang ditemui selama perjalanannya, tidak luput juga makhluk metafisik yang ia saksikan.
Ia menafsirkan peristiwa yang dirinya alami dengan mengacu pada jimat dan legenda sebelumnya. Bahkan ada referensi tentangnya yang menceritakan salah satu cerita "vampir", yang dikatakan sebagai dasar cerita klasik "Dracula".
Perlu dipahami, bahwa ketika berbicara tentang pertunjukan sulap dan atraksi, yang ia saksikan di alun-alun, rumah pasha, dan festival, ia menekankan aspek "pertunjukan" dari mereka.
Namun, beberapa kasus penyihir, mantra, serta vampir yang diceritakan berdasarkan pengalaman pribadinya. Ia memadukannya dengan kebenaran dan mengungkapkannya di hadapan para saksi dengan tanggal tertentu.
Peristiwa pertama terjadi pada malam tanggal 26 April 1666 di desa Pedsi, Kaukasus, yang terdiri dari 300 rumah.
Di desa ini, Çelebi menyaksikan perang para penyihir di langit. Di malam yang gelap gulita, petir tiba-tiba menyambar. Kilap itu bahkan cukup cerah bagi wanita Sirkasia untuk menyulam.
Merasakan semacam keanehan, Çelebi bertanya kepada orang-orang Sirkasia, dan mereka berkata, "Setahun sekali, ada malam karakoncolos—penyihir Sirkasia dan penyihir Abkhaz terbang ke langit dan bertempur dalam perang besar."
Bagi masyarakat sekitar, Karakoncolos berarti makhluk imajiner, penyihir dan setan. Dikatakan bahwa seseorang dapat keluar dan menyaksikan perang ini tanpa rasa takut.
Çelebi keluar bersama sekitar 70-80 orang dengan senjata mereka. Ia teheran-heran melihat para penyihir di pohon besar, perahu, roda kereta, dan banyak benda serupa lainnya melawan penyihir di atas hewan-hewan, seperti kuda, sapi, dan unta mati, sembari menggenggam kepala ular, kuda, dan unta di tangan mereka.
Suara keras terdengar dalam pertarungan yang berlangsung tepat enam jam ini. Ketika tujuh penyihir Abkhazia dan tujuh penyihir Sirkasia jatuh ke tanah, para penyihir Sirkasia segera membunuh penyihir Abkhazia dengan cara menghisap darah mereka dan melemparkan tubuh mereka ke dalam api.
Perang berakhir dengan kokok ayam jantan dan para penyihir pergi. Çelebi menyatakan bahwa ia sama sekali tidak percaya pada cerita semacam itu, tetapi dirinya heran melihatnya secara pribadi.
Penduduk desa mengatakan bahwa "malam karakoncolos" yang kejam seperti itu tidak pernah terlihat selama 40-50 tahun.
Zombie, Vampir
Çelebi berbicara tentang zombie seperti yang mungkin telah Anda tonton dalam serial The Walking Dead. Menurut masyarakat, penyihir yang meminum darah manusia ini juga muncul pada malam karakoncolos di Kaukasus.
Pada beberapa malam, penyihir akan meminum darah orang yang dihantui dan membuatnya sakit. Jika seseorang yang darahnya diminum adalah orang terasing, ia akan sakit dan mati.
Namun jika dirinya memiliki keluarga, sanak saudaranya akan pergi ke kuburan dengan "pemburu penyihir" untuk mencari tempat di mana penyihir zombie keluar.
Baca Juga: Meski Kontroversial, Selim I Berhasil Membawa Kejayaan Ottoman
Baca Juga: Pesan dalam Botol dengan 'Umur Tertua' Sedunia Berisi Catatan Lucu
Baca Juga: Catatan Perjalanan Kuno: Bagaimana Cara Orang Romawi Bepergian?
Mereka bersama-sama menggali tanah-tanah kuburan yang diduga sebagai tempat awal kejadian bermula. Apabila mereka melihat sorot mata berwarna merah di lubang galian, segera penyihir zombie terdeteksi dan segera dibawa keluar dari kubur.
Sebatang kayu beri hitam yang panjang ditusukkan pada bagian perut. Selain itu, tubuhnya dibakar dalam api agar jiwa penyihir lain yang masih hidup tidak jatuh ke dalam tubuh ini.
Dengan cara ini, sihir sang penyihir dipatahkan, dan orang yang darahnya disedot pulih dari penyakit seiring waktu.
Menurut apa yang Çelebi dengar, beberapa penyihir yang tinggal di negeri ini berkeliaran di antara orang-orang tanpa diketahui.
Di tempat lain Çelebi juga menemui peristiwa mistis, tepatnya kala dirinya sedang beristirahat di sebuah rumah non-Muslim di desa Çalıkkavak, Bulgaria.
Seorang wanita tua sengsara dengan rambut acak-acakan dan buruk rupa bersama tujuh anak masuk ke dalam rumah. Pada tengah malam, wanita itu mengubah dirinya dan anak-anaknya menjadi ayam.
Melihat hal tersebut Çelebi bersama orang-orangnya berteriak dan mimisan karena ketakutan melihat hal itu.
Dalam bukunya, Çelebi menyebutkan insiden lain yang ia lihat di berbagai negeri. Buku tersebut pertama kali mendapatkan reputasi yang lebih luas setelah sejarawan Ottoman Jerman Joseph von Hammer-Purgstall membacanya.
Kini buku tersebut dapat dengan mudah dibaca atau dipelajari setelah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR