Kaisar Gaozong mengembangkan teknologi pembuatan kapal dan perdagangan internasional untuk mendapatkan uang. Ini disebabkan karena perang bertahun-tahun menghabiskan sumber daya yang tak terhitung banyaknya.
Kaisar Gaozong melepaskan takhta
Ketika Gaozong berusia 54 tahun, Jurchen Jin menyerbu Song lagi. Orang-orang Song bertempur dengan gagah berani dan menang. Maka Jin pun mundur.
Tahun berikutnya, kaisar bersikeras untuk menyerahkan tahta kepada putra angkatnya Zhao Shen. Ia menjadi Kaisar Xiaozong dari Dinasti Song (1127—1194).
Setelah naik takhta, kaisar baru itu ingin membalas dendam pada Jurchen Jin dan merebut kembali wilayah Song. Namun Gaozong tidak setuju dan selalu turut campur.
Baca Juga: Putri Taiping Dinasti Tang, Menikah demi Raih Kuasa Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Xianzong Tidak Punya Ratu, tapi Haremnya Banyak
Baca Juga: Kisah Kekejaman Kaisar Tiongkok Taizu yang Menghancurkan Dinasti Tang
Baca Juga: Chongzen, Kaisar Tiongkok Pilih Akhiri Nyawa Sendiri dengan Sadis
Setelah menyerahkan takhtanya, mantan kaisar itu menghabiskan 25 tahun masa pensiunnya untuk menikmati hidup dan berlatih seni.
Sebagai Kaisar Tiongkok, Gaozong adalah pemimpin yang kontroversial dalam sejarah Tiongkok.
Beberapa mengkritik bahwa dia lemah karena hanya menikmati hidup di Tiongkok selatan. Ia pun membunuh jenderal besar sehingga kehilangan kesempatan terbaik untuk merebut kembali wilayah. Seakan kehilangan martabat, Gaozong memilih untuk melakukan gencatan senjata dengan Jurchen Jin.
Namun dalam keadaan yang sulit ini, dia membawa perdamaian dan kemakmuran selama beberapa dekade bagi warga sipil selatan. Selama ia memimpin, pertanian, ekonomi, seni, bisnis, dan sains berkembang lebih pesat.
Meski mendirikan dinasti baru di wilayah selatan, Gaozong tetap memakai nama Song untuk dinastinya. Ia pun mengembalikan takhta pada keturunan kaisar sebelumnya. Jadi setidaknya, Gaozong telah berusaha mempertahankan dinasti yang didirikan oleh leluhurnya.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR