Nationalgeographic.co.id—Zhao Gou (1107 — 1187) dihormati sebagai Kaisar Gaozong dari Song. Ia adalah kaisar Tiongkok kesepuluh dari Dinasti Song. Serangkaian pemberontakan membuatnya membangun lagi kekaisaran di wilayah lain. Saat memimpin, dia membuat serangkaian kebijakan kontroversial. Gaozong bahkan dihadapkan pada pilihan sulit: menyelamatkan martabat atau kedamaian kekaisaran.
Pangeran pemberani yang dengan sukarela menjadi sandera
Zhao Gou adalah putra kesembilan Zhao Ji (Kaisar Huizong dari Song). Jauh dari takhta, dia menghabiskan masa muda yang menyenangkan.
Saat Zhao Gou berusia 19 tahun, Dinasti Jurchen Jin menginvasi Dinasti Song. Ayahnya, Kaisar Zhao Ji, segera menyerahkan tahta kepada kakak tertuanya Zhao Huan (Kaisar Qinzong dari Song).
Ketika pasukan Jin mengepung ibu kota Song untuk pertama kalinya, Song mempertahankan kota di bawah komando Jenderal Li Gang yang hebat. Namun, Kaisar Qinzong akhirnya menyetujui perjanjian dengan Jin. Ia menyerahkan kota-kota besar dan mengirimkan seorang pangeran sebagai sandera.
Zhao Gou sangat berani dan mengajukan diri untuk menjadi sandera di Jin.
Meski dijadikan sandera, Zhao Gou tidak gentar saat menghadapi pasukan Jin. Ini membuat penguasa Jin ragu apakah Zhao Gou adalah pangeran asli atau pesuruh yang menyamar. Oleh karena itu, Jin bersikeras menuntut Song mengirim pangeran asli lainnya dan membiarkan Zhao Gou pergi.
Beberapa bulan setelah Song menandatangani pakta tidak adil dengan Jin, Jin menginvasi Song lagi.
Zhao Gou ditugaskan untuk memimpin pasukan Song dan bernegosiasi dengan Jin lagi. Dia segera berangkat ke Jin dan meninggalkan ibu kota tempat istri dan anak-anaknya tinggal.
Namun, karena serangkaian keputusan bodoh Zhao Hu dan Zhao Ji, Dinasti Song gagal mengalahkan Jurchen Jin.
Kaisar, seluruh keluarga Dinasti Song, dan lebih dari 100.000 warga sipil terampil diperbudak ke utara. Ibu kota Song dirampok dan dibantai. Peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Jingkang.
Zhao Gou melarikan diri dan membangun dinasti di tempat lain
Mendengar kejatuhan dinastinya, Zhao Gou tidak memimpin pasukan untuk berperang melawan Jin. Sebagai satu-satunya pangeran yang selamat, ia mencoba menyelamatkan anggota keluarganya yang ditangkap, termasuk orang tua, istri hamil, dan anak-anaknya.
Di saat yang sama, pangeran cakap itu mengatur sumber daya Dinasti Song dan bertakhta di kota lain. Kemudian, dikejar oleh pasukan Jin, Zhao Gou memimpin pasukan Song dan terus melarikan diri ke selatan.
“Gaozong membangun kembali dinasti di selatan dengan wilayah yang sangat berkurang pada tahun 1127,” tulis Gloria Lotha di laman Britannica. Di tempat yang baru itu Zhao Gau bertakhta dengan nama Kaisar Gaozong.
Dalam sejarah Tiongkok, kerajaan baru Kaisar Gaozong dengan wilayah yang lebih kecil di selatan dinamai Dinasti Song Selatan.
Menikmati hidup dan melupakan penghinaan Jurchen Jin
Pada awal pemerintahannya, jenderal dan tentara yang setia ingin melawan dan membalas dendam pada Jin. Mereka bertekad untuk mendapatkan kembali wilayah Song yang hilang.
Bagi para jenderal, merupakan penghinaan besar mengetahui jika kaisar dan puluhan ribu orang diperbudak oleh musuh. Ditambah lagi, hampir dari setengah wilayah Song dikuasai oleh Jurchen Jin.
Kaisar Gaozong terpaksa memanggil kembali Jenderal Li Gang dan menunjuknya menjadi perdana menteri terkuat. Meski demikian, kaisar sebenarnya tidak menyukai ketegasan Li Gang untuk terus berjuang. Jadi Li Gang diusir beberapa bulan kemudian dan tidak pernah memiliki kesempatan untuk memimpin pasukan Song. Jenderal hebat itu tidak bisa mewujudkan mimpinya untuk membalaskan dendam negaranya lagi.
Kaisar Gaozong mungkin terbiasa dengan kehidupan yang nyaman dan mewah sehingga ia menunda untuk melakukan perlawanan. Padahal orang tua, istri, anak, dan saudara kandungnya semuanya menderita di rezim Jurchen Jin di utara.
Berjuang kembali dalam keputusasaan dan meraih kemenangan
Beberapa waktu kemudian, pasukan Jin berbaris ke selatan menuju kota tempat tinggal Kaisar Gaozong. Ia ketakutan dan segera melarikan diri ke tempat lain. Kaisar terus berlari ke berbagai kota untuk menghindari penangkapan, hingga akhirnya Gaozong menyadari bahwa ia harus melawan.
Untungnya, ada sejumlah besar jenderal, pejuang, dan sukarelawan sipil yang setia. Mereka tidak pernah berhenti berperang meskipun sang kaisar terus melarikan diri sepanjang waktu.
Para jenderal berbakat dan prajurit setia itu mengalahkan Jin dan pasukan pemberontak lainnya di dalam wilayah Gaozong. Kemudian dia akhirnya memutuskan untuk melawan, membalas dendam, dan mendapatkan kembali martabatnya yang hilang.
Di antara para prajurit itu ada seorang marsekal luar biasa bernama Yue Fei, yang pasukannya mengalahkan pasukan Jin beberapa kali dan terus menang. Prestasi mereka memberi harapan besar bagi orang-orang Song untuk menang kembali.
Meski menang dari Jurchen Jin, Song terpaksa menyetujui perjanjian yang tidak adil.
Dalam perjanjian itu, Dinasti Song menghormati Jin sebagai penguasa dan mengembalikan semua kota yang telah dimenangkan Marsekal Yue Fei dan jenderal lainnya sebelumnya. Tidak hanya itu, Song juga harus memberikan upeti setiap tahun pada Jin.
Jin, sebagai imbalan, akan mengirim kembali ibu kandung Gaozong dan peti mati ayahnya Zhao Ji.
Kemudian Kaisar Gaozong memaksa Yue Fei untuk menyerahkan kendali atas pasukannya dan segera memenjarakan Yue Fei. “Beberapa bulan kemudian, jenderal luar biasa Yue Fei diracun sampai mati atas permintaan Jurchen Jin,” kata Lotha.
Sebagian mengatakan bahwa Kaisar Gaozong terancam oleh prestasi dan reputasi Yue Fei. Sedangkan yang lain menyimpulkan bahwa dia tidak ingin keluarganya kembali dan merebut takhta.
Zhao Gou menjalani kehidupan yang nyaman di selatan setelah menghabisi pejabat yang ingin melawan Jin.
Kemakmuran di bawah pemerintahan Kaisar Gaozong
Sejak itu, Tiongkok selatan berkembang, di mana pertanian, ekonomi, budaya, dan bisnis meningkat pesat.
Meskipun wilayahnya kecil, Dinasti Song Selatan adalah salah satu periode terkaya ketika orang hidup dalam kekayaan dan stabilitas.
Orang yang melarikan diri dari utara bisa mendapatkan pinjaman dari pemerintah. Mereka membeli tanah pertanian dan rumah. Rakyat pun tidak perlu membayar pajak selama 30 tahun.
Kaisar Gaozong mengembangkan teknologi pembuatan kapal dan perdagangan internasional untuk mendapatkan uang. Ini disebabkan karena perang bertahun-tahun menghabiskan sumber daya yang tak terhitung banyaknya.
Kaisar Gaozong melepaskan takhta
Ketika Gaozong berusia 54 tahun, Jurchen Jin menyerbu Song lagi. Orang-orang Song bertempur dengan gagah berani dan menang. Maka Jin pun mundur.
Tahun berikutnya, kaisar bersikeras untuk menyerahkan tahta kepada putra angkatnya Zhao Shen. Ia menjadi Kaisar Xiaozong dari Dinasti Song (1127—1194).
Setelah naik takhta, kaisar baru itu ingin membalas dendam pada Jurchen Jin dan merebut kembali wilayah Song. Namun Gaozong tidak setuju dan selalu turut campur.
Baca Juga: Putri Taiping Dinasti Tang, Menikah demi Raih Kuasa Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Xianzong Tidak Punya Ratu, tapi Haremnya Banyak
Baca Juga: Kisah Kekejaman Kaisar Tiongkok Taizu yang Menghancurkan Dinasti Tang
Baca Juga: Chongzen, Kaisar Tiongkok Pilih Akhiri Nyawa Sendiri dengan Sadis
Setelah menyerahkan takhtanya, mantan kaisar itu menghabiskan 25 tahun masa pensiunnya untuk menikmati hidup dan berlatih seni.
Sebagai Kaisar Tiongkok, Gaozong adalah pemimpin yang kontroversial dalam sejarah Tiongkok.
Beberapa mengkritik bahwa dia lemah karena hanya menikmati hidup di Tiongkok selatan. Ia pun membunuh jenderal besar sehingga kehilangan kesempatan terbaik untuk merebut kembali wilayah. Seakan kehilangan martabat, Gaozong memilih untuk melakukan gencatan senjata dengan Jurchen Jin.
Namun dalam keadaan yang sulit ini, dia membawa perdamaian dan kemakmuran selama beberapa dekade bagi warga sipil selatan. Selama ia memimpin, pertanian, ekonomi, seni, bisnis, dan sains berkembang lebih pesat.
Meski mendirikan dinasti baru di wilayah selatan, Gaozong tetap memakai nama Song untuk dinastinya. Ia pun mengembalikan takhta pada keturunan kaisar sebelumnya. Jadi setidaknya, Gaozong telah berusaha mempertahankan dinasti yang didirikan oleh leluhurnya.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR