Nationalgeographic.co.id—Di dunia kuno, kedudukan jenderal atau pemimpin pasukan biasanya dimiliki oleh kaum pria. Namun Lady Fu Hao merupakan suatu pengecualian. Berasal dari Dinasti Shang Tiongkok, Lady Fu Hao adalah marsekal wanita pertama yang didokumentasikan dalam sejarah Tiongkok.
“Bersama suaminya, Raja Wu Ding, mereka memenangkan perang penyergapan paling awal dalam sejarah Tiongkok,” ungkap Hoklam Chan di laman Britannica. Sang permaisuri juga memimpin dan berhasil dalam perang skala terbesar abad itu.
Seorang permaisuri remaja yang menjadi marsekal luar biasa
Fu Hao adalah putri bangsawan dari kerajaan jajahan Dinasti Shang. Konon, sang putri memiliki wawasan luas dan terpelajar.
Ketika dia baru menikah dengan suaminya yang ambisius, Raja Wu Ding, perang besar di perbatasan utara mereka berlangsung untuk sementara waktu. Mungkin tampak aneh bagi wanita di masanya, namun Fu Hao mengajukan dirinya untuk menjadi jenderal pasukan Shang. Padahal, waktu itu ia masih berusia remaja.
Saat itu, jenderal militer kesulitan untuk memenangkan perang. Meski enggan, Raja Wu Ding akhirnya mengirim permaisurinya ke medan perang sesuai permintaannya.
Di masa mudanya, Fu Hao menerima pelatihan militer. Dalam perjalanan tiga tahunnya ke pedesaan bersama suaminya, ia memperoleh pengetahuan langsung tentang geografi tanah. “Dan sebagai penguasa, dia berhubungan dengan seni perang yang lebih canggih,” tulis Barbara Bennett Peterson di laman Encyclopedia.
Bersenjatakan kapaknya yang lebar, Fu Hao adalah seorang marsekal pemberani dan jenius. Musuh mereka segera dikalahkan dan Dinasti Shang meraih kesuksesan luar biasa.
Pencapaian militer Fu Hao yang luar biasa
Sejak saat itu, permaisuri Fu Hao menjadi marsekal Dinasti Shang yang dihormati. Di sisi lain, ia adalah pendeta tinggi, posisi paling terhormat dan tertinggi di era itu. Pendeta tertinggi bertanggung jawab atas upacara pengorbanan besar Shang.
Bersama suaminya, mereka menaklukkan banyak kerajaan kuat dan memperluas wilayah Shang.
Perang terbesar selama abad itu dipimpin oleh Fu Hao, di mana dia memimpin sekitar 13.000 prajurit. Bersama pasukannya, Fu Hao berhasil mengalahkan rezim nomaden yang kuat.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR