Nationalgeographic.co.id—Penelitian genetika baru dari para ilmuwan Prancis telah mengungkap mitos "kucing rubah" legendaris. Mereka menunjukkan asal usul kehidupan dari kucing liar yang pernah menjadi mitos tersebut.
Selama beberapa generasi, penggembala lokal di pulau Mediterania Corsica telah berbagi cerita tentang "ghjattu volpe", atau "kucing rubah", yang menyerang domba dan kambing, AFP melaporkan pada tahun 2019.
Para ilmuwan pertama kali mendokumentasikan keberadaan mereka pada tahun 1929 dan mungkin segera dapat mendeklarasikan mereka sebagai subspesies baru setelah hampir 100 tahun berkat penelitian genetika baru ini.
Kucing liar Corsica mendapat julukan "kucing rubah" karena warna seperti rubah dan ekornya yang besar. Terlepas dari nama panggilan mereka. Hewan ini bukanlah hibrida kucing rubah, mereka pasti semua kucing.
Kucing liar Corsika termasuk dalam genus Felis bersama kucing liar dan kucing domestik lainnya, tetapi para peneliti sedang mempelajari genetika mereka untuk mengetahui penempatan yang tepat dalam kelompok tersebut.
Beberapa media telah menyarankan bahwa kucing liar Corsica adalah spesies baru, Live Science melaporkan bahwa ini adalah kemungkinan pada tahun 2019, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Ecology baru-baru ini telah menemukan bahwa kucing liar Corsica mungkin merupakan subspesies, atau kelompok berbeda dalam spesies Felis yang diketahui.
Jurnal tersebut telah dipublikasikan secara daring dengan judul "Population genomics of Corsican wildcats: Paving the way toward a new subspecies within the Felis silvestris spp. complex?"
"Kami memiliki bukti bahwa kucing kecil ini memiliki identitas genetiknya sendiri," kata rekan penulis studi Sébastien Devillard, asisten profesor ekologi evolusioner di Claude Bernard Lyon 1 University di Prancis, kepada Live Science.
"Ini adalah langkah pertama untuk diakui sebagai sub spesies baru."
Kantor Prancis untuk Keanekaragaman Hayati, yang terlibat dalam studi jangka panjang, menerbitkan pernyataan tentang temuan tersebut.
Devillard dan rekan-rekannya membandingkan sampel genetik dari kucing liar dan kucing domestik di Corsica dengan yang berasal dari pulau tetangga Sardinia dan daratan Eropa.
Mereka menemukan bahwa kucing liar Corsika berbeda dari kucing liar Eropa, kucing domestik, dan, pada tingkat lebih rendah, kucing liar Sardinia.
Kucing liar Corsica memiliki garis-garis yang lebih sedikit daripada kucing liar Eropa dan kucing liar Sardinia, tetapi masih ada pertanyaan tentang seberapa berbedanya mereka.
Para peneliti masih perlu membandingkan kucing liar Corsica dengan kucing liar daratan Timur Dekat sebelum mereka dapat dinyatakan sebagai sub spesies baru.
Dan bahkan kemudian, mungkin ada beberapa perdebatan. Ada beberapa garis keturunan kucing liar terkait di Eropa, Asia, dan Afrika, dan para peneliti masih memutuskan di mana masing-masingnya.
Proses ini semakin diperumit dengan adanya kucing domestik, yang kawin silang dan berhibridisasi dengan kucing liar.
Kucing liar secara tradisional dikelompokkan bersama di bawah spesies Felis silvestris, dengan sebagian besar kucing liar Eropa di subspesies F. s. silvestris dan sebagian besar kucing liar Afro-Asia di subspesies F. s. lybica.
Baca Juga: Dunia Hewan: Kenapa Kucing Tega Memakan Anak-anaknya Sendiri?
Baca Juga: Dunia Hewan: Jagalah Kucing Anda di Dalam Rumah, Demi Kesehatan Semua
Baca Juga: Proyek 'Membiakkan dan Melepaskan' Selamatkan Kucing Liar Skotlandia
Namun, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam sekarang mengakui kucing liar Afro-Asia sebagai spesiesnya sendiri (F. lybica). Garis lybica penting untuk memahami kucing domestik dan penelitian kucing liar Corsica yang baru.
"Lybica adalah nenek moyang kucing domestik, dan menurut kami beberapa lybica diperkenalkan pada tahap paling awal domestikasi di Corsica dan di Sardinia," kata Devillard.
"Ini mungkin terjadi sekitar 8.000 tahun yang lalu dan kucing liar tetap liar sejak itu," tambah Devillard.
Kucing liar Corsica menempati ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki (2.000 meter), dan Devillard menduga mereka dapat menangkap ikan di sungai Corsica.
Selanjutnya, para peneliti akan terus mempelajari kucing liar untuk mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan mereka dan menjabarkan sejarah evolusi mereka.
Source | : | AFP,Live Science,Molecular Ecology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR