Nationalgeographic.co.id - Perubahan iklim membawa kabar buruk, es laut akan segera menghilang dari Kutub Utara selama bulan-bulan musim panas—dan itu pernah terjadi sebelumnya.
Dalam sebuah studi baru, tim peneliti internasional memperingatkan bahwa es Laut Arktika mungkin akan segera menjadi masa lalu di bulan-bulan musim panas. Ini mungkin memiliki konsekuensi bagi iklim dan ekosistem.
Anehnya, sepuluh ribu tahun yang lalu, es mencair pada suhu yang mirip dengan yang kita miliki saat ini.
"Area Es Terakhir" di utara Greenland dan Kanada adalah tempat perlindungan terakhir dari es laut sepanjang tahun di saat suhu naik yang disebabkan oleh perubahan iklim. Sebuah studi baru sekarang menunjukkan bahwa ini mungkin akan segera berakhir.
Para peneliti dari Universitas Aarhus, bekerja sama dengan Universitas Stockholm dan Survei Geologi Amerika Serikat, menganalisis sampel dari wilayah utara Greenland yang sebelumnya tidak dapat diakses.
Sampel sedimen dikumpulkan dari dasar laut di Laut Lincoln, bagian dari "Area Es Terakhir".
Mereka menunjukkan bahwa lautan es di wilayah ini mencair selama musim panas sekitar 10.000 tahun yang lalu. Tim peneliti menyimpulkan bahwa es laut musim panas mencair pada saat suhu berada pada tingkat yang dengan cepat kita dekati lagi saat ini.
"Model iklim menunjukkan bahwa es laut musim panas di wilayah ini akan mencair dalam beberapa dekade mendatang, tetapi tidak pasti apakah itu akan terjadi dalam 20, 30, 40 tahun, atau lebih,” kata Christof Pearce, Asisten Profesor di Departemen Geosains, Universitas Aarhus.
“Proyek ini telah menunjukkan bahwa kita sangat dekat dengan skenario ini, dan suhu hanya perlu meningkat sedikit sebelum pada akhirnya es mencair," tambahnya.
Para peneliti telah menggunakan data dari periode Holosen Awal untuk memprediksi kapan es laut akan mencair saat ini. Selama periode ini, suhu musim panas di Kutub Utara lebih tinggi dari hari ini.
Meskipun ini disebabkan oleh variabilitas iklim alami yang bertentangan dengan pemanasan yang disebabkan oleh manusia, itu tetap merupakan laboratorium alam untuk mempelajari nasib wilayah ini dalam waktu dekat.
Di Aarhus, sampel laut telah dianalisis bekerja sama dengan Lektor Kepala Marianne Glasius dan staf teknis akademik Mads Mørk Jensen dari Departemen Kimia. Antara lain, mereka mempelajari molekul dari alga tertentu yang hanya diproduksi saat ada es laut.
Baca Juga: Cek Fakta: Es Mencair Tidak Punya Pengaruh pada Kenaikan Air Laut?
Baca Juga: Pergerakan Lapisan Es Dapat Menjelaskan Kapan Permukaan Laut Akan Naik
Baca Juga: Selain Bikin Es Mencair, Pemanasan Global Bikin Erosi Pesisir Arktika
Dengan demikian, para peneliti dapat menentukan kapan es laut musim panas hadir di daerah tersebut.
Menurut para peneliti dari Aarhus University, studi tersebut dapat diartikan sebagai kabar baik dan buruk bagi iklim.
"Kabar buruknya adalah kita dapat melihat ini terjadi segera. Kabar baiknya adalah bahwa data kami menunjukkan tren ini dapat dibalik dan kita dapat melakukan sesuatu jika kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan menetapkan tujuan politik yang ambisius,” ujar Henrieka Detlef.
“Jika kita dapat dengan segera menjaga suhu stabil atau bahkan mungkin membuatnya jatuh, es laut akan kembali ke daerah tersebut," katanya.
"Studi ini adalah peringatan, karena kita tahu itu akan terjadi. Berita ini tidak membuat situasi semakin tertekan, hanya lebih mendesak. Maka, kita harus bertindak sekarang agar kita bisa mengubahnya," tegas Christof Pearce.
Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment pada 20 Maret 2023 dengan judul “Seasonal sea-ice in the Arctic’s last ice area during the Early Holocene.”
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR