Nationalgeographic.co.id—Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pernah terjadi di Chernobyl Ukraina pada 26 April 1986. Musibah itu menyebabkan sekitar 350.000 orang meninggalkan rumah mereka saat gumpalan tebal bahan radioaktif dimuntahkan ke langit.
Setelah dievakuasi, mereka harus mendekontaminasi pakaian, tubuh, dan barang apa pun untuk menghindari paparan dan penyebaran zat radioaktif beracun. Nantinya, lingkungan sekitar juga harus dibersihkan.
Namun bagaimana Anda mendekontaminasi benda dan orang yang telah terpapar radiasi tingkat berbahaya? Untuk menjawab pertanyaan itu, penting untuk memahami dasar-dasar cara kerja radioaktivitas.
Pada dasarnya, radioaktivitas berarti bahwa atom dalam suatu bahan memiliki terlalu banyak energi atau massa untuk menjadi stabil.
Seiring waktu, atom-atom yang tidak stabil ini melepaskan kelebihannya dalam bentuk radiasi, partikel subatomik yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Tidak semua radiasi atau zat radioaktif dianggap sebagai kontaminasi, dan sering kali tidak berbahaya pada tingkat rendah.
"Bahan radioaktif ada di mana-mana di lingkungan kita, di tanah, udara, air, makanan kita, dan tubuh kita," kata Barbara Hamrick, fisikawan kesehatan bersertifikat di University of California, Irvine Medical Center, kepada Live Science.
Akan tetapi "kami tidak mempertimbangkan kontaminasi itu, karena kami mengharapkannya ada di sana," katanya.
Radiasi datang dalam dua bentuk, yaitu ionisasi dan non ionisasi. Radiasi non ionisasi lebih rendah energinya, dan termasuk hal-hal seperti gelombang radio, gelombang mikro, dan sinar matahari, yang umumnya tidak berbahaya dalam jumlah sedang (selama Anda memakai tabir surya untuk yang terakhir).
Radiasi ionisasi, sebaliknya, cukup untuk merusak tubuh Anda, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Ini dilakukan dengan memutus ikatan yang menyatukan untaian DNA, yang menyebabkan kematian sel, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Genetics and Molecular Biology dengan judul "Ionizing radiation-induced DNA injury and damage detection in patients with breast cancer."
Source | : | Live Science,Genetics and Molecular Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR