Begitupun aparat keamanan dan polisi Israel mulai menyerbu masjid al-Aqsa—situs tersuci ketiga bagi umat Islam—selama malam terakhir Ramadan. Organisasi militan Palestina, Hamas, mulai menembakkan roket kepada Israel sebagai pembalasan—merespon serangan oleh tentara Israel yang dilakukan sebelumnya.
Konflik juga terjadi, kekerasan komunal di Palestina antara warga Yahudi dengan Arab di kota-kota campuran. Menurut laporan kementerian kesehatan Gaza, lebih dari 120 orang tewas termasuk setidaknya 31 anak-anak menjadi korbannya.
Secara mengejutkan, Joe Biden mengatakan bahwa "Israel memiliki hak untuk membela diri." Hal inilah yang lantas memicu kemarahan dari orang Amerika keturunan Palestina dan beberapa anggota parlemen AS yang progresif.
Tiffany Cabán, calon dewan kota New York, adalah seorang progresif yang mendapat dukungan dari sayap kiri pendukung partai Demokrat nasional. Ia menghimbau kepada segenap muslim di Amerika untuk membangun solidaritas.
“Saya telah belajar banyak dari komunitas muslim yang cantik dan kaya di sini. Kami telah berdiri bersama dalam begitu banyak pertarungan. Saya hanya bisa mengirimkan begitu banyak cinta dan solidaritas kepada keluarga Palestina. Saya mengimbau masyarakat muslim Amerika untuk berdiri dalam solidaritas, ”katanya kepada The Guardian.
Salat Idul Fitri dan ceramah yang dipimpin oleh Zohran Kwame Mamdani, anggota majelis Astoria, menuai pujian dan antusias. Sebagai pengganti tepuk tangan, segenap muslim mengucap "Takbir” yang menggelegarkan setiap sudut venue outdoor Astoria Park.
"Kami tahu kebebasan kami, kegembiraan kami, perjuangan kami—tidak lengkap tanpa perjuangan setiap Muslim lainnya di seluruh dunia. Mulai dari Palestina, Kashmir, Uighur di Tiongkok, hingga saudara-saudara kita di Suriah—untuk setiap muslim di seluruh dunia ini," tegas Kwame dalam ceramahnya.
Baca Juga: Ragam Tradisi Suka Cita Perayaan Idulfitri di Berbagai Belahan Dunia
Baca Juga: Silaturahmi Belanda Saat Lebaran, Berujung Petaka bagi Dipanagara
Baca Juga: Wetu Telu dan Harmoni Lebaran Adat Sasak di Kaki Gunung Rinjani
Baca Juga: Kiat Jaga Diri Supaya Tak Makan Terlalu Banyak Saat Merayakan Lebaran
Setelah salat Idulfitri, keluarga-keluarga mulai saling berpelukan dan menyapa satu sama lain. Banyak yang menuju ke sekitar danau untuk bertemu dengan teman-teman lainnya dan menghabiskan waktu, sembari menikmati cuaca pagi yang cerah. Sama halnya dengan Diana Salahadin dan ibunya.
Diana Salahadin berkata: "Saya seorang mahasiswa fashion design. Saya selalu memasukkan Palestina dan konfliknya ke dalam desain saya. Saya merasa senang karena lebih banyak orang yang sadar sekarang."
Ibunya Diana, Amal Salameh adalah saksi sejarah dari kekerasan orang-orang Israel terhadapnya. "Ketika itu saya masih remaja, dan keluarga saya mendapat perlakuan kasar di Sheikh Jarrah," ungkapnya.
Dengan semangatnya, ia menambahkan: "Sungguh menyedihkan dan sangat tidak adil. Mereka (Israel) mengambil semuanya. Tapi kami akan berjuang untuk itu, hingga pada akhirnya Palestina akan bebas, tetapi kami harus berjuang sampai darah kami mencapai lutut kami untuk itu."
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR