Kekaisaran membangun kuil megah dilengkapi tulisan suci, patung, dan peralatan upacara keagamaan untuk para permaisuri.
Politik dan diplomasi
Meskipun tradisi menyatakan wanita tidak boleh memerintah, permaisuri yang ambisius menemukan cara untuk menggunakan pengaruh di bidang politik.
Baca Juga: Ratu Kuno Kekaisaran Xiongnu Memaksa Tiongkok Membangun Tembok Besar
Baca Juga: Harem Wang Zhaojun, Jadi Tumbal Kekaisaran Tiongkok demi Perdamaian
Baca Juga: Ji Kang, Musisi Kerajaan Tiongkok Dieksekusi di Pertunjukan Musiknya
Baca Juga: Mengapa Seorang Kaisar Tiongkok Mempunyai Lebih dari Satu Nama?
Para wanita terhormat ini memperoleh akses khusus ke jantung kekuasaan melalui hubungan mereka dengan kerabat laki-laki tertentu. Khususnya dengan suami atau putra mereka, sang kaisar.
Keunggulan dan otoritas juga bergantung pada bakat, kepribadian, dan sejarah mereka sendiri.
Contohnya Ibu Suri Cixi yang bahkan memegang kekuasaan langsung, termasuk di kancah internasional. Cixi dengan berani memanfaatkan perubahan waktu untuk bertemu dengan orang luar, termasuk istri duta besar Amerika dan orang asing lainnya. Seperti penguasa laki-laki, dia menggunakan seni untuk menyatakan supremasinya. Cixi membentuk citra dirinya sebagai pemimpin yang terpelajar dan baik hati.
Tidak hanya mendampingi Kaisar Tiongkok, seorang permaisuri juga memiliki tugas penting untuk melahirkan seorang putra. Ia pun harus mendidiknya agar menjadi calon kaisar yang baik. Meski dikelilingi kemewahan, permaisuri Kaisar Tiongkok menjalani kehidupan yang cukup sibuk.
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR