Perkawinan anak dan ibu muda secara historis merupakan bagian penting dari kehidupan wanita Korea. Dalam mitologi Korea, legenda Cheonyeo menjadi sangat populer selama Joseon karena Korea mengadopsi Konfusianisme, yang sangat mementingkan pernikahan dini.
Saat ini, pernikahan dan memiliki anak tidak begitu penting dalam masyarakat Korea. Faktanya, negara ini memiliki salah satu usia pernikahan rata-rata tertua dan angka kelahiran terendah di dunia. Namun, banyak orang yang masih mempercayai cheonyeo dan mengaku melihatnya di sepanjang jalan pedesaan.
Makhluk mitologi Korea ini begitu populer hingga saat ini, bahkan sering ditampilkan dalam drama dan sastra negeri ginseng itu.
Legenda mengatakan bahwa jika seekor rubah hidup selama seribu tahun, ia berevolusi menjadi makhluk berekor sembilan yang dapat berubah bentuk. Padahal, dalam cerita rakyat, beberapa anak terkutuk terlahir dengan roh rubah. Mereka sering berubah bentuk dan secara brutal membunuh keluarga mereka.
Meskipun rubah berekor sembilan bisa menjadi apapun yang diinginkannya, bentuk favoritnya adalah wanita muda yang cantik. Untuk menjaga keabadiannya, rubah memikat manusia dengan kecantikannya untuk memakan hati mereka.
Sementara monster tradisional benar-benar menakutkan, penggambaran modern mengambil nada yang jauh lebih lembut. Banyak Gumiho modern adalah laki-laki, monster yang disalahpahami yang hanya ingin menjadi manusia.
Jeoseung Saja
Jeoseung Saja adalah malaikat maut versi Korea. Mereka mengantar jiwa ke akhirat. Namun, dengan reinkarnasi yang memainkan peran besar dalam kepercayaan tradisional Korea, ruang lingkup jeoseung saja sedikit berbeda dari malaikat maut barat.
Mirip dengan versi barat, jeoseung saja melambangkan kematian. Versi mitologi Korea dari makhluk mitos ini menyerupai manusia tetapi luar biasa pucat, tinggi, dengan mata tajam, dan bibir hitam, serta memakai topi hitam dan hanbok hitam.
Raja Besar Dunia Bawah mengarahkan makhluk-makhluk itu untuk mengambil jiwa-jiwa yang melarikan diri dan membawa mereka kembali ke alam baka.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR