Nationalgeographic.co.id—Samurai adalah kelas prajurit yang mengikuti kode bushido dan membentuk sejarah Jepang. Ada banyak samurai terkenal sepanjang sejarah Kekaisaran Jepang. Berawal dari penjaga harta kekayaan sang tuan, kedudukan samurai perlahan meningkat. Pada akhirnya, samurai bahkan terjun dalam pemerintahan.
Selain Miyamoto Musashi dan Tokugawa Ieyasu yang pernah dibahas di sini, masih banyak samurai-samurai Kekaisaran Jepang yang hebat dan berjasa. Siapa saja mereka?
Tomoe Gozen, samurai wanita yang perkasa di Kekaisaran Jepang
Tomoe Gozen adalah seorang onna-bugeisha (samurai wanita) yang melayani Minamoto no Yoshinaka selama Perang Genpei (1180-1185). Sebelum samurai menjadi kasta formal pada Zaman Edo, wanita dilatih untuk menggunakan tombak naginata dan belati kaiken. Mereka melindungi komunitas yang memiliki sedikit pejuang pria.
Perang Genpei terjadi antara klan Minamoto (Genji) dan Taira (Heike) yang kuat, keduanya cabang dari garis kekaisaran. “Tomoe memiliki sejumlah prestasi dalam perang,” tulis Michael Kanert di laman All About Japan. Ia memimpin 1.000 kavaleri, selamat dari pertempuran 300 melawan 6.000, dan mengumpulkan kepala lawan bak piala.
The Tale of the Heike mengungkapkan soal kehebatan Tomoe. “Dia juga seorang pemanah yang sangat kuat. Sebagai pendekar wanita, dia adalah seorang pejuang bernilai ribuan, siap menghadapi setan atau dewa, menunggang kuda atau berjalan kaki.”
Tercatat bahwa Tomoe melepaskan, menyematkan, dan memenggal kepala prajurit terkuat Yoritomo di Pertempuran Awazu pada 1184.
Kusunoki Masashige, samurai yang ahli menyusun strategi
Kusunoki Masashige dikenal sebagai ahli strategi militer yang setia mengabdi. Pada tahun 1331, ia bergabung dengan Kaisar Go-Daigo (1288-1339). Saat itu, Kekaisaran Jepang berupaya untuk merebut kembali kekuasaan dari Keshogunan Kamakura.
Kemenangan terbesar Kusunoki terjadi pada tahun 1332. Saat itu, dia mempertahankan Kastel Chihaya melawan 100.000 tentara keshogunan dengan hanya 2.000 orang.
Ketika pada akhirnya ia menghadapi kekalahan, Kusunoki bunuh diri alih-alih membiarkan dirinya ditangkap.
Kini, Kusunoki menjadi simbol keberanian dan pengabdian kepada kaisar. Patung berdiri dengan kokoh di luar Istana Kekaisaran Tokyo.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR