Partikel udara berumur pendek menurun tetapi bukan gas rumah kaca
Hasil penelitian baru dan pengamatan dari stasiun Maladewa menunjukkan, bahwa konsentrasi polusi partikel udara berumur pendek menurun secara signifikan saat pembatan pandemi.
Sedangkan konsentrasi gas rumah kaca berumur panjang hampir tidak terpengaruh dalam massa udara di Asia Selatan.
Efek pendinginan aerosol berasal dari fakta bahwa aerosol memantulkan kembali radiasi matahari yang masuk ke luar angkasa.
Dengan kandungan aerosol yang lebih rendah, pendinginan lebih sedikit. Akibatnya, lebih sedikit 'menutupi' efek pemanasan dari gas rumah kaca yang berumur lebih panjang.
Pengukuran yang dilakukan pada waktu yang sama di Samudra Hindia bagian utara mengungkapkan peningkatan tujuh persen radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi. Akibatnya, malah meningkatkan suhu.
“Melalui eksperimen geofisika skala besar ini, kami dapat menunjukkan bahwa langit menjadi lebih biru dan udara menjadi lebih bersih, pemanasan iklim meningkat ketika partikel udara pendingin ini dihilangkan,” kata Profesor Örjan Gustafsson di Stockholm University.
Gustafsson adalah ilmuwan yang bertanggung jawab atas pengukuran di Maladewa dan yang memimpin penelitian.
Hasilnya adalah suatu paradoks. Penghentian total pembakaran bahan bakar fosil demi sumber energi terbarukan dengan emisi nol dapat mengakibatkan 'penghilangan' aerosol dengan cepat, sementara gas rumah kaca tetap ada.
Selama beberapa dekade, pengurangan emisi berisiko menyebabkan pemanasan iklim bersih karena efek 'penutupan' partikel udara, sebelum penurunan suhu dari pengurangan emisi gas rumah kaca mengambil alih.
"Namun terlepas dari efek pemanasan iklim awal, kami jelas masih sangat membutuhkan pengurangan emisi yang kuat,” kata Örjan Gustafsson.
Source | : | Stockholm University,NPJ Climate and Atmospheric Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR