Pihak Kekaisaran Ayyubiyah juga punya masalah karena Sultan al-Kamil yang selama ini memimpin Perang Salib, melakukan kesepakatan damai. Umat Islam banyak yang mengencamnya, bahkan di antara para pangeran.
Inilah yang mengakibatkan sejarah Perang Salib terus berlanjut di jilid ketujuhnya (1248-1254). Raja Louis IX dari Prancis memimpin ekspedisi ini untuk berhadapan dengan sultan Ayyubiyah baru, al-Salih Ayyub.
Di sini, Mongol mulai punya dampak kuat terhadap permasalahan Timur Tengah dan Eropa. Louis IX sempat membuat tawaran diplomatik terhadap Kekaisaran Mongol dengan harapan bisa menjadi sekutu menekan Ayyubiyah keluar dari Mesir dan Levant (Suriah dan Irak).
Pasalnya, Mongol telah bergerak menguasai kawasan Khawarezmia yang meliputi kawasan timur Laut Kaspia dan Laut Aral. Kaum muslim di sana bergeser ke kawasan Mamluk di Mesir. Hal ini jugalah yang memperkuat umat muslim bisa bersatu untuk menguasai Yerusalem.
Kekaisaran Mongol justru menolak tawaran persekutuan dengan Louis IX. Di mata mereka, orang Kristen dan negara-negara Islam adalah sama, dan harus dikuasai. Namun, sejarah mencatat, dalam Perang Salib Ketujuh, Mongol belum terlalu ikut campur dengan Perang Salib.
Pengepungan Baghdad
Tahun 1255, di tepi timur Laut Kaspia atau disebut Transoxiana, Hulagu Khan bersama pasukan dari Kekaisaran Mongol atau Ilkhanat di Persia telah bergerak mereka adalah Kekaisaran Abbasiyah yang berkuasa dari Irak sampai Persia. Usaha mereka rencananya dilanjutkan ke Kekaisaran Ayyubiyah yang berkuasa di Suriah hingga Mesir.
Kekaisaran Ilkhanat Mongol menyisiri kota ke kota Kekaisaran Abbasiyah hingga akhirnya tiba di Baghdad tahun 1258. Mongke Khan berpesan kepada Hulagu agar mengampuni khalifah Kekaisaran Abbasiyah, Al-Musta'shim. Cara ini umum dilakukan oleh Kekaisaran Mongol, seperti yang terjadi ketika melawan Tiongkok dalam Pertempuran Xiangyang.
Dalam pengepungan Baghdad, pasukan Ilkhanat Mongol menuntut khalifah menyerahkan diri. Al-Muta'ashim menolak. Maka, bangsa Mongol memecahkan tanggul kota yang berasal dari Sungai Tigris, sehingga banyak tentara Kekaisaran Abbasiyah tenggelam.
10 Februari, khalifah menyerahkan diri. Pasukan Mongol langsung menghancurkan kota, termasuk isi buku ilmu pengetahuan dan berbagai dokumen sejarah penting dari Perpustakaan Baghdad. Marco Polo mencatat dalam bukunya, bahwa khalifah dipaksa untuk melihat rakyatnya dibantai.
Source | : | Facts and Details,World History Encyclopedia |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR